Dark/Light Mode

91 Negara Alami Konflik Global, Jokowi Nyalakan Alarm Lagi

Selasa, 8 Agustus 2023 08:49 WIB
Presiden Jokowi bersama Ketua DPR Puan Maharani bergandengan tangan dengan sejumlah ketua parlemen anggota ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA), usai pembukaan Sidang Umum ke-44 AIPA, di Jakarta, Senin (7/8). (Foto: Antara)
Presiden Jokowi bersama Ketua DPR Puan Maharani bergandengan tangan dengan sejumlah ketua parlemen anggota ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA), usai pembukaan Sidang Umum ke-44 AIPA, di Jakarta, Senin (7/8). (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi kembali nyalakan alarm terkait geopolitik dunia. Menurutnya, Indonesia harus bersiap, mengingat ada 91 negara mengalami konflik. Jika Indonesia tidak punya persiapan, dampaknya bisa sangat menyusahkan.

Peringatan ini, disampaikan Jokowi saat menyampaikan pidato di Pembukaan ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference 2023, di The Grand Ballroom Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, kemarin. "Kita tahu, dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja," warning Jokowi.

Merujuk Global Peace Index 2023, sebut Jokowi, konflik global semakin marak. Tahun 2008, ada 58 negara yang terlibat dalam konflik. Saat ini, jumlahnya bertambah menjadi 91 negara.

Imbas dari konflik ini, bikin masyarakat menderita. Angka kematian akibat konflik global melonjak drastis menjadi 238 ribu jiwa. Sementara, kerugian ekonomi naik 17 persen menjadi 175 triliun dolar AS atau setara dengan 13 persen dari Gross Domestic Product (GDP) global. "Sangat besar sekali," kata Jokowi, menyesalkan.

Parahnya lagi, sambung Jokowi, di bidang keagamaan, masyarakat dunia makin tidak religius. Survei Ipsos Global Religion 2023 terhadap 19.731 orang dari 26 negara di dunia menunjukkan, 29 persen menyatakan mereka agnostik dan ateis. Sementara, data Pew Research Center menunjukkan, jumlah kekerasan fisik atas nama agama dan kepercayaan semakin meningkat.

Jokowi meminta pemimpin ASEAN memiliki semangat keagamaan yang tinggi, dan semakin meningkat. Ia mencontohkan Indonesia, negara yang masyarakatnya paling percaya Tuhan. Menurut Pew Research Center, 96 persen responden di Indonesia meyakini bahwa moral yang baik ditentukan kepercayaan kepada Tuhan.

Baca juga : Kapitra Ampera: Komunikasi Gaya Preman, Rocky Sudah Bukan Akademisi

"Saya yakin Bapak/Ibu yang hadir di sini memiliki komitmen yang sama dengan saya, bahwa ASEAN harus menjadi teladan toleransi dan persatuan. ASEAN harus menjadi jangkar perdamaian dunia," seru mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

Jokowi menerangkan, ASEAN berhasil mempertahankan tradisi toleransi yang kuat. Seperti Indonesia, di tengah keberagaman budaya dan agama, tetap mampu terus menjaga kerukunan dan mengelola keragaman etnisitas, suku, budaya, agama, dan kepercayaan.

Jokowi pun meyakini, masyarakat ASEAN mampu menjadi katalisator perdamaian dunia, dan menjadi a caring and sharing community. Bukan hanya menjadi epicentrum of growth, tetapi juga menjadi epicentrum of harmony, yang menjaga stabilitas kawasan dan perdamaian dunia.

"Karena itu, saya menyambut hangat peran konstruktif para pemimpin agama dan budaya di ASEAN, melalui prakarsa strategis Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bersama Kementerian Luar Negeri dalam menggelar Konferensi ASEAN Dialog Antarbudaya dan Antaragama Tahun 2023," tutup Jokowi.

Guru besar hukum internasional Universitas Indonesia Prof Hikmahanto Juwana sependapat dengan Jokowi. Menurutnya, saat ini sejumlah negara saling berkompetisi, memastikan kesejahteraan bagi rakyatnya untuk mendapatkan pangsa pasar dan sumber daya alam (SDA) hingga ke negara lain. Parahnya lagi, negara tersebut menggunakan senjata atau kekuatan militer dalam berkompetisi.

Menurut Hikmahanto, kondisi ini membuat Indonesia dijadikan objek untuk dipengaruhi. Jika Pemerintah tidak waspada, irisan konflik ini bisa menjadi sumber perpecahan bangsa. "Karena pihak luar memanfaatkan orang Indonesia dalam persaingan ini," terangnya, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam.

Baca juga : PPP Yakin Capres Pilihan Jokowi Adalah Ganjar

Ia menilai, Indonesia sangat berpotensi terseret arus konflik global jika tidak ada yang mengingatkan, dan persatuan semakin memudar. Terlebih, Pemilu sudah di depan mata.

"Identifikasi masalah, cari solusi terbaik yang mengedepankan sisi kemanusiaan meski ada kepentingan nasional yang harus dikorbankan dan tetap berpegang teguh pada politik luar negeri bebas aktif," pesan Hikmahanto.

Anggota Komisi I DPR Dave Laksono berharap, alarm dari Jokowi itu bisa disiarkan ke seluruh pelosok dunia. Mengingat, Indonesia merupakan negara yang selalu mengemban misi perdamaian di forum mana pun.

Dave menerangkan, saat ini negara yang berkonflik sangat banyak. Untuk Indonesia, ia meyakini, tak mudah terseret arus konflik global, kecuali diprovokasi. "Dalam arti, kita diserang oleh pihak yang berkonflik," ucapnya.

Mengenai dampak ekonomi nasional, Dave memandang, sejauh ini masih bisa diminimalisir oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Hal itu terbukti dari capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selalu di tinggi.

Namun, jika konflik berkelanjutan, bukan tidak mungkin dampaknya semakin besar dan terus meluas. Karena itu, Dave meminta agar Pemerintah selalu mewaspadai dan cepat bertindak dalam urusan ini.

Baca juga : Soal Kesiapan Luhut Jadi Ketum Golkar, Jokowi Nggak Ngurusin Beringin

"Karena itu, kita harus tetap proaktif dalam menjembatani semua pihak yang terus berkelahi. Dan tentunya mendorong dengan segala macam usaha untuk menghentikan konflik di mana saja," saran politisi Partai Golkar ini.

Sementara, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menerangkan, meluasnya konflik global disebabkan dua hal: perebutan wilayah dan SDA. Tentunya konflik ini dapat mengganggu rantai pasok pangan.

Contohnya, konflik Rusia dan Ukraina yang membuat harga gandum melonjak tinggi, pengiriman tertunda, sehingga ada biaya yang dibebankan ke konsumen. India bahkan membatasi ekspor beras karena khawatir ketahanan pangan untuk kebutuhan dalam negerinya terganggu.

"Apalagi, gandum yang lewat jalur konflik di Laut Hitam. Karena tidak ada kapal berani mengangkut, maka harga jadi mahal," terang Bhima, saat dihubungi, tadi malam.

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka, edisi Selasa (8/8) dengan judul “91 Negara Alami Konflik Global, Jokowi Nyalakan Alarm Lagi”

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.