Dark/Light Mode

Rumah Dinasnya Direnov 2,4 M, Anies Senang di Lebak Bulus

Rabu, 9 Oktober 2019 07:30 WIB
Rumah dinas Gubernur DKI Jakarta. (Foto: Istimewa).
Rumah dinas Gubernur DKI Jakarta. (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Renovasi Rumah Dinas Gubernur DKI, yang terletak di Jalan Taman Suropati, sedang jadi perbincangan di dunia maya. Pasalnya, biaya renovasi itu dianggap kemahalan. Mencapai Rp 2,4 miliar.

Padahal, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, lebih senang tinggal di rumah pribadinya, di Lebak Bulus.

Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan (Citata), Pemprov DKI Jakarta, Heru Hermawanto, membenarkan, Anies tidak tinggal di rumah dinas.

Sejak awal dilantik pada 2017, Anies dan keluarga lebih senang tinggal di Lebak Bulus. Namun, renovasi tetap harus dilaksanakan.

Baca juga : Renovasi Rumah Dinas Gubernur, Pemprov DKI Anggarkan Dana Rp 2 M

Alasannya, rumah itu merupakan salah satu cagar budaya. Rumah tersebut harus dijaga dalam kondisi baik. Saat ini, ada beberapa kerusakan yang mewajib kan revonasi.

Nilai sejarah pada bangunan tersebut membuat rumah dinas itu kini berstatus sebagai cagar budaya yang harus dirawat dan dilindungi.

"Adalah tugas dan kewajiban Pemprov DKI untuk secara periodik melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap bangunan cagar budaya di Jakarta, termasuk Rumah Dinas Gubernur DKI, baik dalam keadaan terhuni atau pun tidak,” jelas Heru, dalam ke terangan tertulisnya, kemarin.

Rumah dinas tersebut memang sudah tua. Bangunan putih beratap genteng hijau itu difungsikan sejak 1916 untuk Rumah Dinas Wali Kota Batavia.

Baca juga : Penggalang Dana Demo, Ananda Badudu Dibebaskan

Kemudian, sejak 1949, dimanfaatkan sebagai rumah dinas milik Pemprov DKI. Kenapa biayanya mencapai Rp 2,4 miliar?

Menurut Heru, anggaran itu sebagian besar tersedot untuk renovasi komponen atap. Sebab, harus diganti dengan jati asli, seperti saran Tim Pemugaran Cagar Budaya.

Heru menegaskan, harga jati tidak murah. Apalagi yang digunakan harus kayu baru. Karena pihaknya harus membongkar rangka atap kayu yang lama.

“Memang enggak kira-kira mahalnya. Coba cek saja (harga kayu jati) per meter kubik. Kalau dijadikan balokan, berapa,” tuturnya.

Baca juga : Dua Kartu Merah, Atletico Menang Tipis

Sisanya, anggaran tersedot untuk komponen lain. Nilainya kecil-kecil, namun itemnya banyak. “Paling besar di atap. Hampir berapa ratus juta rupiah. Atap, terus penutup atap ada macam-macam.

Mulai dari rangka, balok, reng, kemudian dilapisi aluminium foil,” rinci Heru. Ia menambahkan, anggaran sebesar Rp 2,4 miliar yang diributkan itu belum ter masuk ongkos pekerjaan.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.