Dark/Light Mode

Pengurus PP Muhammadiyah Muchlas Rowi Minta Pemerintah Perhatikan PTS

Senin, 19 Februari 2024 15:54 WIB
Wakil Bendahara II Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Muchlas Rowi. (Foto: Ist)
Wakil Bendahara II Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Muchlas Rowi. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Bendahara II Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Muchlas Rowi mengungkap keresahannya soal dunia perguruan tinggi swasta. Menurut dia, kondisi pendidikan tinggi di Tanah Air saat ini sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Tak hanya dari sisi pembelajaran, tapi juga dari sisi bisnis. Sejak pandemi Covid-19, jumlah mahasiswa yang masuk perguruan tinggi terus menurun. Persoalan ekonomi juga berdampak pada kemampuan mahasiswa membayar uang semesteran. Karena alasan itu, Muchlas Rowi meminta Pemerintah untuk memperhatikan perguruan tinggi swasta (PTS). 

Muchlas Rowi menceritakan, kondisi serupa dirasakan betul oleh perguruan tinggi yang berada di bawah PP Muhammadiyah. Penurunan mahasiswa juga terjadi di perguruan tinggi milik Muhammadiyah yang berjumlah 171, terdiri atas 84 Universitas, 26 Institut, 53 Sekolah Tinggi, 6 Politeknik, dan 1 Akademi. 

Kata dia, persoalan ini harus segera dicarikan solusinya. Apalagi jika melihat data BPS, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi di Tahun 2023 masih jauh dari target. APK Tahun 2023 masih di angka 31,45 persen, sementara target RPJMN 2024 adalah 37 persen.

Sayangnya, kata dia, di tengah kondisi tersebut, perguruan tinggi swasta seperti kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

"Padahal, kontribusi PTS tidak bisa dibilang kecil dalam meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi,” kata Muchlas Rowi. 

Ia lalu menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke Kota Sorong, Papua. Di sana, ia menyaksikan Muhammadiyah telah mendahului Pemerintah dalam mendirikan perguruan tinggi, yaitu sejak tahun 1984. Di Ibukota Papua Barat Daya ini terdapat dua kampus Muhammadiyah ternama, yaitu Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong (Unimuda) dan Universitas Muhammadiyah Sorong (Unamin). Kata dia, mahasiswa di dua kampus itu mayoritas berasal dari warga asli Papua. "Mereka masuk tanpa ada paksaan, dan nyaris tak menimbulkan segregasi,” ungkapnya, dalam wawancara Rabu, 17 Januari 2024.

Menurut Muchlas, apa yang dilakukan perguruan tinggi swasta seperti ini mestinya diafirmasi oleh pemerintah. Salah satu bentuk perhatian itu misalnya, jika kampus swasta sudah berhasil mendorong partisipasi pendidikan di satu daerah, pemerintah tidak perlu lagi mendorong perguruan tinggi negeri (PTN) untuk melakukan ekspansi dengan membuat Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU). 

Baca juga : Ini 5 Pesan Muhammadiyah Soal Pemilu, Yang Keberatan Diminta Tak Kerahkan Massa

Ia pun mengajak para pelaku pendidikan tinggi untuk menginterpretasikan kembali Undang-Undang Pendidikan. Sehingga Pemerintah benar-benar memberikan keberpihakan kepada seluruh stakeholder pendidikan. "Kalau pihak swasta memberikan kontribusi kenapa juga tidak didorong dan diberi afirmasi,” ucapnya.

Muchlas Rowi menceritakan, dampak krisis Pandemi Covid-19 masih terasa oleh sebagian besar PTS.  Jumlah mahasiswa terus menurun. Belum lagi persoalan ekonomi yang membuat mahasiswa kesulitan membayar uang semesteran. Akibatnya, 4.523 PTS yang ada di Tanah Air saat ini sedang dalam keadaan tidak baik. 

Karena alasan tersebut, Muchlas Rowi berharap Pemerintah memberi afirmasi yang tinggi agar PTS lebih maksimal. Bukan malah dipersulit dengan adanya kebijakan Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTN BH). Kebijakan ini menghendaki perguruan tinggi yang memiliki otonomi penuh untuk mengelola perguruan tinggi sendiri.

Selain afirmasi, menurut Muchlas, untuk meningkatkan APK PT dibutuhkan sinergitas antara PTS dan PTN. Kata dia, perguruan tinggi swasta, dengan fleksibilitas dan adaptabilitasnya, dapat dengan mudah merespons kebutuhan khusus dan keberagaman masyarakat setempat. "Inilah yang membuat peran mereka begitu krusial dalam membantu mencapai tujuan pemerataan pendidikan," ungkapnya.

Seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan permintaan akan pendidikan tinggi yang semakin meningkat, perguruan tinggi swasta menjadi agen kunci dalam mengurangi tekanan pada kapasitas terbatas institusi pendidikan negeri. Dengan menyediakan lebih banyak opsi pendidikan, kampus-kampus swasta membantu mengurangi antrian dan memastikan bahwa setiap calon mahasiswa memiliki akses ke sumber daya pendidikan yang mereka butuhkan.

Akan tetapi, menurut Muchlas, peran perguruan tinggi swasta tidak hanya sebatas menyediakan akses. Mereka juga berperan dalam membentuk karakter dan kepemimpinan lokal. Dengan kehadiran PTS, mahasiswa di daerah-daerah memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan berkualitas sambil tetap terhubung dengan akar budaya dan nilai-nilai lokal mereka. 

“Inilah yang menciptakan pemimpin-pemimpin lokal yang tidak hanya terdidik secara akademis tetapi juga terhubung erat dengan realitas dan kebutuhan masyarakat tempat mereka tumbuh,” ujar dia.

Baca juga : Pemuda Muhammadiyah Luncurkan Buku Fikih Pemilu, Pemuda Negarawan

Karena itu, Muchlas Rowi berharap Pemerintah dapat membantu memperkuat fondasi pendidikan tinggi di seluruh negeri, dengan memastikan bahwa setiap wilayah memiliki akses ke pendidikan berkualitas. Jika tidak ada sinergi dan afirmasi, lanjut dia, muncul kasus pinjaman online (pinjol) yang ditawarkan pihak kampus PTN untuk mengatasi masalah biaya pendidikan menjadi wajar adanya. 

Di sisi lain, Muchlas Rowi mengapresiasi langkah Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mendorong program pinjaman pendidikan (student loan). Menurut dia, ide student loan sangat rasional dan bisa dijalankan bila ada kemauan termasuk ada perusahaan penjamin. Tinggal diatur, bagaimana pinjaman itu bisa diakses para mahasiswa, tidak memberatkan, menghindari penyimpangan, dan tetap mengafirmasi kelompok kurang mampu.

Terkahir, Muchlas Rowi mengingatkan, APK PT jangan hanya dimaknai sebatas angka saja. Namun juga sebagai usaha dalam menyambut Indonesia Emas 2045. Perguruan tinggi memiliki peran dalam mencetak sumber daya manusia yang unggul dan memiliki kompetensi. Karena itu perlu upaya bersama, untuk mencapai target APK PT pada 2024 sebesar 37 persen. 

"Jadi, baik negeri maupun swasta harusnya saling bahu-membahu untuk meningkat APK PT tersebut. Perlu sinergitas seluruh perguruan tinggi di Indonesia untuk meningkat APK PT di Tanah Air," cetusnya. 

Kenapa begitu concern terhadap pendidikan tinggi, terutama PTS? Menurut Muchlas Rowi pendidikan punya peran penting dalam mengubah nasib seseorang. Ia lalu menceritakan bagaimana pengalaman hidupnya. Lahir dari keluarga sederhana, ia bisa mengenyam pendidikan sampai S3 dan berkarir di bisnis penjaminan.

Muchlas Rowi menceritakan, kedua orang tuanya adalah guru di Garut. Bukan orang berada. Meski begitu, usaha untuk menyekolahkan 12 anaknya begitu tinggi. 

“Saya tidak bisa memberikan harta, warisan, yang saya bisa berikan menyekolahkan kalian. Tidak usah dipikirkan bapak dapat uang dari mana,” kata Muchlas, mencontohkan perkataan orangtuanya.

Baca juga : Muhammadiyah-NU Ajak Masyarakat Kawal Pemilu Jujur Dan Adil

 

Muchlas Rowi lahir di Kota Garut, 31 Agustus 1972. Pendidikan SD sampai SMA ditempuh di Kota kelahirannya. Lulus dari pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut, Muchlas Rowi sudah direkomedasikan untuk melanjutkan kuliah ke Kota Madinah. Meski semua sudah dipersiapkan dengan sempurna, ia tak juga diberangkatkan hingga hari pelulusan.

Setelah lulus pesantren, Muchlas Rowi  mengajar agama di Jakarta. Di Ibukota, ia juga direkomendasikan oleh Lukman Harun, tokoh Muhammadiyah dan aktivis Islam Internasional untuk kuliah di Karachi, Pakistan. Namun lagi-lagi tidak jadi.

Setelah mengumpulkan uang, Muchlas pun akhirnya memilih hijrah ke Kota Jogja dan melanjutkan kuliahnya di Universitas Gadjah Mada (UGM). Di sana, Muchlas Rowi mengambil jurusan Filsafat, jurusan yang dianggap teman-temannya madesu alias masa depan suram. Penilaian itu dianggap wajar karena saat itu BJ Habibie sedang naik daun. Sehingga jurusan kuliah yang dianggap keren adalah jurusan berkaitan teknologi. 

Meski begitu, Muchlas Rowi kukuh pada pendiriannya. Ia menyelesaikan kuliah filsafat di UGM. Dan menurut dia, jurusan filsafat tidak sesuram yang dibayangkan banyak orang. Justru kuliah filsafa memberikan dasar yang kuat untuk melihat sesuatu dari pangkal masalahnya. Dari sana, ia belajar root cause analysis (RCA), teori yang dipakai dalam bisnis yang digelutinya saat ini. Berkat RCA, Muchlas Rowi tak hanya bisa berkiprah di bisnis penjaminan, ia juga berhasil menyelesaikan pendidikan tingginya hingga strata-3 atau gelar akademik tertinggi. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.