Dark/Light Mode

Presiden Ke 6-7-8 Kompak

Presidential Club Tanpa Megawati

Minggu, 5 Mei 2024 08:00 WIB
Presiden terpilih Prabowo Subianto, Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden ke-7 RI, Jokowi. (Foto: Biro Pers)
Presiden terpilih Prabowo Subianto, Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden ke-7 RI, Jokowi. (Foto: Biro Pers)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wacana Presidential Club yang digagas Presiden terpilih Prabowo Subianto banjir dukungan. Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden ke-7 RI, Jokowi dipastikan ikut gabung. Sementara, Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri diprediksi tidak akan gabung ke Presidential Club.

Wacana pembentukan presidential club pertama kali diungkap oleh Juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, Jumat (3/5/2024). Kata dia, Prabowo ingin membuat semacam perkumpulan presiden terdahulu.

“Esensinya Pak Prabowo ingin para mantan presiden bisa tetap rutin bertemu dan berdiskusi tentang masalah strategis kebangsaan. Sehingga terjaga silaturahmi kebangsaannya dan menjadi teladan bagi kita semua,” tutur Dahnil.

Wacana tersebut pun ramai dibahas para politisi. Mayoritas mendukung usulan Presidential Club.

Presiden Jokowi misalnya. Dia menyambut baik usulan itu. Menurutnya, gagasan itu baik dan harus segera terealisasi. Jika nantinya sudah terbentuk, pertemuan bisa dilakukan sesering mungkin. “Dua hari sekali ya nggak apa-apa,” seloroh Jokowi.

Ia mengaku, tak masalah jika Prabowo ingin meminta saran kepadanya soal kabinet. Namun, Jokowi menekankan, kabinet merupakan hak prerogatif presiden terpilih.

Baca juga : Nasim Khan: Kami Tidak Fanatik Dengan Partai Tertentu

“Kabinet itu adalah 100 persen hak prerogatif presiden. Kalau usul-usul boleh, tapi itu hak penuh presiden terpilih,” ujar mantan Wali Kota Solo itu.

Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga dipastikan siap gabung dengan presidential club. Apalagi, SBY, Jokowi dan Prabowo sangat kompak.

Ketua Badan Pembina Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (BPOKK) Partai Demokrat, Herman Khaeron mengatakan, selain kepala pemerintahan, presiden juga merupakan kepala negara. Sehingga, posisi itu harus menjadi perekat seluruh elemen bangga, termasuk presiden terdahulu.

Herman menilai, gagasan tersebut sangat baik bagi masa depan Indonesia. “Karena melepaskan kepentingan pribadi dan golongan demi mencapai tujuan berbangsa dan bernegara,” ucapnya.

Sementara, Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan mendukung, jika para presiden terdahulu punya semacam wadah untuk kepentingan nasional. “Bagus banget. Silakan, dengan senang hati. Kami dukung,” ujarnya di Jakarta Utara, Sabtu, (4/5/2024).

Senada dikatakan Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily. Dia menilai, presidential club merupakan gagasan menarik untuk mendiskusikan isu-isu kenegaraan. Terlebih, presiden terdahulu memiliki pengalaman dan gagasan dalam memajukan bangsa.

Baca juga : Willy Aditya: Koalisi Pilpres Modal Kuat Bicarakan Pilkada

“Mereka para negarawan yang tak lagi berpikir partisan, tapi sudah menjadi negarawan,” kata Ace. Ia juga menyebut, gagasan ini sebagai karakter Prabowo yang menerima berbagai masukan positif dan konstruktif demi kemajuan bangsa dan negara.

Lalu bagaimana tanggapan PDIP? Politisi PDIP Deddy Yevry Sitorus mempertanyakan, urgensi dan fungsi lembaga tersebut. Apalagi sudah ada Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).

Jika tujuannya untuk bertukar pikiran, hal itu bisa dilakukan secara langsung. Tidak perlu diinstitusionalisasikan. Memang gagasannya baik, tapi justru bikin ribet.

“Nanti malah bikin beliau bingung, karena masing-masing kan punya ideologi, konteks pemerintahan, dan pengalaman yang berbeda,” kata Deddy.

Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam menilai, tidak semua presiden terdahulu akan gabung presidential club. Karena hubungan masih belum baik.

Kata Umam, Prabowo memang tidak memiliki rekam jejak konflik dengan siapapun. Ia punya hubungan yang baik, dengan Mega, SBY, dan Jokowi. Hanya saja, hubungan ketiga presiden terdahulu yang menjadi hambatan. Sebut saja hubungan Mega dengan SBY yang kurang baik. Begitu juga hubungan Mega dan Jokowi yang terlihat tidak baik-baik saja.

Baca juga : Pemerintah Ogah Barang Impor Jastip Asal Masuk

“Mega memiliki garis konflik lebih banyak. Mulai dari komunikasi yang belum terbuka dengan SBY dan juga Jokowi sebagai imbas dinamika politik belum lama ini,” pungkas Umam.

Karena itu, kata dia, presidential club hanya akan diisi oleh SBY, Jokowi dan Prabowo. Sedangkan, Mega tidak akan gabung.

Artikel ini tayang di Rakyat Merdeka Cetak edisi Minggu, 5 Mei 2024 dengan judul Presiden Ke 6-7-8 Kompak, Presidential Club Tanpa Megawati

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.