Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
RM.id Rakyat Merdeka - Langkah Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wali kota Solo dibayangi isu tak sedap. Dia dituding sedang melanggengkan dinasti politik. Putra sulung Presiden Jokowi itu tak nyaman mendapat kritikan tersebut.
Tekad Gibran menjadi calon wali kota Solo tampaknya sudah bulat. Kamis besok, pengusaha katering ini akan mendaftarkan diri sebagai bakal calon wali kota Solo lewat DPD PDIP Jawa Tengah.
Gibran awalnya mendaftar di DPC PDIP Solo. Hanya saja, ditolak. Pasalnya Ketua DPC PDIP Solo FX Hadi Rudyatmo lebih memilih merekomendasikan Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa sebagai pasangan yang akan diusung PDIP di Pilwakot Solo. Tapi Gibran tak putus asa. Ia memutar otak mencari jalan lain.
Gibran kemudian melakukan safari politik. Menemui Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri di Teuku Umar dan menemui Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Peluang pun terbuka. Gibran akan mendaftar lewat DPD PDIP Jateng pada Kamis besok. Para relawan sudah siap mengantar ayah Jan Ethes itu ke Semarang.
Baca juga : Jokowi Apresiasi Bamsoet
Di tengah usaha itu, kritikan terhadap Gibran mulai bermunculan. Salah satunya, suami Selvi Ananda itu disebut sedang melanggengkan dinasti politik. Dinasti politik adalah istilah untuk menyebut perebutan kekuasaan secara turun temurun di dalam kelompok keluarga.
Gibran rupanya tak nyaman dengan kritikan tersebut. Dia menegaskan hanya mengikuti kontestasi politik. “Nggak ada dinasti. Saya ini kan ikut kontestasi, bisa menang bisa kalah. Semuanya tergantung pilihan masyarakat. Nggak ada dinasti,” kata Gibran kepada di Jakarta, kemarin.
Dia menegaskan, niatnya ingin menjadi calon wali kota Solo lantaran ingin memberikan kontribusi membangun kota kelahirannya. Gibran sendiri sudah bertemu dengan sejumlah pihak untuk menyampaikan niatnya itu. “Saya rasa ini momen yang pas untuk saya. Saya ingin menyumbangkan (potensi) diri saya untuk kota kelahiran saya. Gitu aja,” ujarnya.
Tudingan dinasti politik antara lain disampaikan oleh Presiden PKS, Sohibul Iman. Dia menilai, langkah Gibran itu bagian dari dinasti politik. “Saya kira alangkah baiknya kita jangan mengembangkan dinasti. Tapi benar berbasiskan merit system,” kata dia.
Baca juga : KPK Limpahkan Dua Kasus, Politikus PAN Sukiman dan Dirkeu PT AP II Bakal Segera Disidang
Banyaknya kritikan membuat Istana bersuara. Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko mengatakan, Gibranmemiliki hak politik, baik dipilih maupun memilih. Selama hak politik tak dicabut, dia sah- sah saja mengikuti kontestasi pesta demokrasi lima tahunan itu.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyarankan, kepada Gibran agar menjalin komunikasi dengan FX Hadi Rudyatmo sebelum mendaftarkan diri sebagai calon wali kota Solo di Pilkada Solo 2020. “Kalau bisa, sebelum daftar ya ngobrol dulu sama Pak Rudy. Gak apa- apa kalau mau daftar ke DPD Jateng.
Dia juga pernah bilang kepada saya mau daftar awal Desember. Itu pas saya nengokin bayinya yang baru lahir di Solo tempo hari,” kata Ganjar di Semarang, kemarin.
Menurut Ganjar, Gibran perlu memperbaiki gaya komunikasinya dengan Rudy untuk menjalin hubungan yang harmonis. “Gibran harus berkomunikasi dengan intensif dengan Pak Rudy. Maka saran saya banyakin bicara aja sama Pak Rudy,” ujar Ganjar.
Baca juga : Hadi Tegaskan Sinergi TNI-Polri Sampai Akhir Hayat
Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai Gibran memang belum bisa lepas dari nama besar Jokowi. Karena itu wajar kalau kritikan dinasti politik datang. Menurut dia, poin tersebut harus dijadikan sebagai kekuatan kalau Gibran serius mengikuti jejak ayahnya. [BCG]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya