Dark/Light Mode

1.000 Orang Sembuh

Corona Mematikan Tapi Bisa Dilumpuhkan

Sabtu, 25 April 2020 04:16 WIB
Jubir Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto. (Foto: BNPB)
Jubir Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto. (Foto: BNPB)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jumlah pasien sembuh dari virus corona alias Covid-19 terus bertambah. Sampai kemarin sore, jumlahnya sudah tembus seribuan orang. Jauh dibandingkan dengan jumlah orang yang meninggal. Corona memang mematikan namun bisa dilumpuhkan.

Jubir Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan, ada penambahan jumlah kasus sembuh, yaitu sebanyak 42 orang. Jadi jumlah pasien yang sembuh menjadi 1.002 kasus. Pasien sembuh terbanyak berada di DKI Jakarta, disusul Jawa timur dan Jawa Barat.

Laporan kasus sembuh ini makin menjauhi angka kasus meninggal. Per Jumat kemarin, dilaporkan ada penambahan 42 kasus yang meninggal. Sehingga jumlah kasus meninggal sebanyak 689 kasus.

Sementara penambahan kasus baru positif pun dilaporkan mencetak rekor tertinggi dibandingkan sebelumnya, yakni 436. Laporan kasus tertinggi sebelumnya berada di 407 kasus pada 17 April lalu. Sehingga total menjadi 8.211 kasus positif corona. DKI Jakarta masih menjadi daerah dengan jumlah penularan tertinggi di Indonesia yakni, 3.599 pasien positif corona. Setelah itu disusul Jawa Barat, Jawa Timur dan Jateng.

Baca juga : Gabung ke Bank BJB, Bank Banten Pastikan Dana Nasabah Aman

Di tempat terpisah, Presiden Jokowi menyampaikan optimisme penanganan corona. Mantan Wali Kota Solo itu mengaku, telah mendengar pernyataan dari pejabat Department of Homeland Security pemerintah Amerika Serikat terkait penelitian terhadap virus corona.

Jokowi menyebut, suhu udara di Indonesia dapat memperpendek masa hidup virus corona. Penelitian itu menyebutkan, suhu udara, sinar matahari, dan tingkat kelembapan udara memengaruhi kecepatan kematian virus corona di udara dan di permukaan yang tidak berpori.

Menurut Jokowi, hasil penelitian itu menjadi berita menggembirakan bagi Indonesia yang beriklim tropis dengan suhu yang panas, udara lembap, dan kaya sinar matahari. Meski begitu, Jokowi tetap mengingatkan masyarakat terus menjalankan protokol pencegahan penularan virus corona secara disiplin. “Cuci tangan, menggunakan masker, jaga jarak, tingkatkan imunitas, tingkatkan daya tahan tubuh,” kata Jokowi, Jumat (24/4).

Laporan terkait penelitian itu baru di ungkapkan baru-baru ini. Dalam wawancara di Gedung Putih, Penasihat Sains dan Teknologi Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, William Bryan mengatakan, sinar ultraviolet memiliki dampak kuat pada virus corona.

Baca juga : 52 Orang Sembuh, Kasus Positif Covid-19 Kota Bekasi Kini 203 Pasien

Dari hasil penelitian Pusat Analisis dan Penanggulangan Biodefense Nasional di Maryland disebutkan, pada suhu 21-24 derajat celcius dengan kelembapan 20 persen, virus corona bisa hidup selama 18 jam. Tapi ketika suhu dan kelembapan dinaikkan 80 persen, virus hanya bisa bertahan selama 6 jam. Dan, ketika terkena sinar matahari, virus hanya bisa hidup dua menit.

Bryan menyimpulkan kondisi panas, akan menciptakan berkurangnya lingkungan penularan. Meski, tidak berarti menghilangkan semua patogen. Namun sayangnya penelitian belum dirilis dan masih harus dievaluasi ahli independen.

Sampai sekarang para ilmuwan di seluruh dunia berlomba menemukan vaksin virus corona. Dikutip dari Reuters, sekitar 100 kandidat vaksin sedang dikembangkan di bawah tim-tim bio teknologi dan peneliti di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, setidaknya ada lima vaksin yang sedang diujikan pada manusia atau yang dikenal dengan fase 1 uji coba klinis.

Kapan vaksin bisa ditemukan? Pendiri Microsoft Bill Gates mengatakan, dalam prosedur normal, dibutuhkan waktu lima tahun untuk menemukan vaksin. Menurut Bill Gates, dalam kondisi tidak normal seperti saat ini, waktu tersebut bisa dipotong. Caranya melakukan uji coba vaksin fase pertama dan fase kedua secara bersamaan, sembari mencobakan calon vaksin kepada hewan dan membangun kapasitas produksi. Semua ini dilakukan secara paralel. Tantangan lain dari vaksin corona adalah produksi vaksin.

Baca juga : Pengangguran Diprediksi Nambah Lima Juta Orang

Sementara itu, Ekonom Senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengatakan penanganan wabah corona di Indonesia masih belum baik. Karena itu, sulit memprediksi kapan puncak dan selesainya wabah ini. Menurutnya, saat ini penanganan Covid-19 di Indonesia masih kurang koordinasi baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kebijakan yang ditetapkan juga dinilai sangat lambat. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.