Dark/Light Mode

Ngopi Pagi

Disiplin, Bila Ingin Bebas Covid-19

Selasa, 23 Juni 2020 04:56 WIB
dr. Faisal Reza Adieb (Foto: tangkapan layar)
dr. Faisal Reza Adieb (Foto: tangkapan layar)

RM.id  Rakyat Merdeka - Disiplin, dianggap salah satu kunci bagi setiap orang tertular dari virus Corona. Sayangnya, masyarakat kita masih banyak yang abai terhadap kedisiplinan. 

Demikian disampaikan dr. Faisal Reza Adieb, dokter dari Rumah Sakit Moewardi, Solo, dalam acara “Ngopi PagiRakyat Merdeka, kemarin. Program ini dipandu Pemimpin Umum Rakyat Merdeka Ratna Susilowati dan diikuti Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara serta wartawan senior Rakyat Merdeka Budi Rahman Hakim. Program tersebut tayang secara live di semua akun media sosial Rakyat Merdeka: Facebook, Instagram, dan Channel YouTube. 

Tema diskusi menanggapi berita di halaman 1 RM yang berjudul “Car Free Day Jadi Corona Worry Day”. Berita tersebut mengulas acara car free day (CFD) di Ibu Kota yang pertama kali dibuka sejak pandemi Corona. Aksi yang bikin Jalan SudirmanThamrin tumplek oleh lautan manusia jadi sorotan. Selain abaikan protokol kesehatan, ternyata ada 5 orang yang reaktif Covid-19 saat melakukan rapid test di lokasi CFD. 

Baca juga : Pandemi Melandai, Langsung Take Off

“Sebetulnya kalau dibilang sulit ya tidak. Kalau dibilang mudah tidak juga. Virus ini bisa ditanggulangi dengan 1 kata, yaitu disiplin,” kata Faisal. 

Disiplin yang dimaksud, yakni dalam menjalankan protokol kesehatan. Sebab, menurutnya kesehatan itu bersifat saklek. Pilihannya cuma dua, jika sudah terpapar. “Kalau enggak sembuh ya mati,” tuturnya. 

Kedisplinan diperlukan, karena yang paling dikhawatirkan saat ini adalah OTG atau Orang Tanpa Gejala. Dari statistik, OTG ini memang lebih banyak. “Hampir 80 persen. Masalahnya OTG ini tidak tertangkap tes massal,” terangnya. 

Baca juga : Jepang Tidak Ingin Terus Lunglai Dihantam Covid-19

Sementara rapid test itu memiliki kekurangan. Sulit mendeteksi kapan seseorang terpapar virus. Apalagi mobilitas masyarakat semakin tinggi setelah adanya pelonggaran-pelonggaran. Bisa saja hasilnya negatif, karena anti body belum muncul. 

Faisal lantas menyarankan, pemeriksaan lebih baik menggunakan metode PCR atau polymerase chain reaction lewat laboratorium. Sebab, kapanpun terpapar bisa langsung terlihat atau terdeteksi. “Cuma kekurangannya mahal. Rapid test ya lumayan lah untuk screening,” imbuhnya. 

Bahkan, anehnya ada pasien dengan hasil diagnosa positif Covid-19 namun ketika dites PCR hasilnya berbeda. Yakni menjadi negatif. “Apakah bisa? Ya bisa. He-he-he,” candanya. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.