Dark/Light Mode

Ribut Soal Kudeta 1998

Wiranto & Kivlan Saling Buka Kartu

Rabu, 27 Februari 2019 13:21 WIB
Menko Polhukam, Wiranto (kiri) dan Kivlan Zen (kanan). (Foto: Istimewa)
Menko Polhukam, Wiranto (kiri) dan Kivlan Zen (kanan). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dua purnawirawan jenderal, Wiranto dan Kivlan Zen berseteru di depan publik. Keduanya ngeributin soal kudeta 1998. Wiranto dan Kivlan saling buka kartu masing-masing.Perseteruan dimulai Kivlan.

Kivlan menuding Wiranto sebagai dalang kerusuhan 1998 dalam acara ‘Para Tokoh Bicara 98’ di Gedung Ad Premier, Jakarta Selatan, Senin (25/2). Eks Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat itu menyebut indikasinya. Wiranto yang merupakan Panglima Angkatan Bersenjata RI saat itu, secara tiba-tiba meninggalkan Jakarta, padahal kondisi Jakarta sedang genting-gentingnya.

Baca juga : Puluhan Seniman Lelang 72 Lukisan

Wiranto, sebut dia, malah meminta pasukannya tak berjaga. Wiranto juga, lanjut Kivlan, melawan Soeharto ketika menolak menerima Instruksi Presiden (Inpres) untuk mengamankan Jakarta. Wiranto, sebut Kivlan, meminta Soeharto mundur dari jabatannya. “Kita curiga loh, keadaan kacau masa nggak boleh mengerahkan pasukan untuk amankan. Kenapa dia tinggalkan Jakarta dan kemudian dia minta Pak Harto supaya mundur,” beber Kivlan.

Kivlan menduga, Wiranto dikendalikan oleh kelompok para jenderal untuk melengserkan Soeharto. Selain menuding Wiranto dalang kerusuhan, Kivlan juga menyebut Wiranto memainkan peranan ganda dan isu propagandis saat masih menjabat Panglima ABRI.

Baca juga : Libur Natal, Tahanan KPK Bisa Dijenguk Keluarganya

Masih ada lagi. Kivlan bilang, hingga saat ini Wiranto tak pernah memberi dirinya dana pembiayaan pengamanan massa atau Pamswakarsa saat Sidang Istimewa MPR sebesar Rp 10 miliar. “Masa saya disuruh bekerja tanpa biaya,” keluhnya.
 
Uang itu, menurut Kivlan, seharusnya digunakan untuk operasional Pamswakarsa, unit pengamanan yang NETmerupakan bentukan Wiranto. Dituding begitu, Wiranto membantah. Dia menantang Kivlan sumpah pocong. Wiranto juga menantang Prabowo Subianto, yang saat itu menjabat Panglima Kostrad, ikut sumpah pocong. “Saya berani, sumpah pocong saja. Tahun 1998 itu yang menjadi bagian dari kerusuhan, saya, Prabowo, Kivlan Zen, sumpah pocong kita,” tegas Wiranto di Istana Kepresidenan, kemarin.

“Jangan asal menuduh,” warning Menkopolhukam ini. Wiranto menyebut Kivlan ngawur. Tudingannya tidak sesuai fakta. Justru Wiranto mengklaim, pada 1998 dia melakukan berbagai upaya untuk mencegah kerusuhan. Sebelum kerusuhan pecah 13 Mei, Wiranto melakukan langkah-langkah persuasif, edukatif kompromis dan dialogis dengan para aktivis reformasi. Langkah itu dilakukan agar tidak timbul kekacauan.

Baca juga : Diperiksa KPK, Sukiman Ngaku Nggak Tahu

Saat kerusuhan pecah, Wiranto langsung mengirim pasukan dari Jawa Timur. Tanggal 15 Mei, kerusuhan sudah mereda. “Bukan saya dalang kerusuhan. Saya mencegah kerusuhan terjadi.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.