Dark/Light Mode

Temuan Bank Dunia

Kasian, Rakyat Mulai Kurangi Porsi Makan

Rabu, 30 September 2020 07:55 WIB
Ilustrasi Bank Dunia. (Foto: Istimewa)
Ilustrasi Bank Dunia. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Dampak dari kebijakan ini adalah sektor informal yang terpukul dan kehidupan yang buruk bagi sebagian besar masyarakat. Selain itu terjadi kerawanan pangan. Indonesia, kali ini bersama Papua Nugini terancam malnutrisi dan stunting akibat kerawanan pangan.

“Lebih dari sepertiga rumah tangga di Indonesia mengindikasikan bahwa mereka makan lebih sedikit dari biasanya karena kekurangan uang dan bahan makan lain,” tulis Mattoo.

Dibanding survei pada Juni lalu, angka tersebut sudah menurun. “Kerawanan pangan disebabkan antara lain masyarakat kehilangan pendapatan karena krisis,” tulisnya.

Baca juga : Pegadaian dan Pertamina Kolaborasi Tanggulangi Masalah Sampah

Terakhir, laporan ini membahas soal pertumbuhan ekonomi. Tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi minus 2 persen. Proyeksi kali ini jauh lebih rendah dari ramalan Juni lalu yang memprediksi di angka nol persen.

Sementara, untuk tahun depan, Bank Dunia memproyeksi ekonomi Indonesia akan pulih dengan pertumbuhan 4,4 persen. Namun, apabila skenario yang terburuk yang terjadi, maka kemungkinan ekonomi tahun depan mentok di kisaran 3 persen. Sampai di situ laporan Bank Dunia.

Di dalam negeri, soal ini, Guru Besar IPB, Prof Dwi Andreas Sentosa punya analisis juga. Dia mengatakan, pandemi menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Diperkirakan angka kemiskinan juga meningkat, tak hanya di perkotaan tapi juga di pedesaan.

Baca juga : Pentingnya Digitalisasi Pasar Rakyat di Masa Pandemi

Dwi menyebut, sektor pertanian pada semester I-2020 sebenarnya mengalami pertumbuhan. Artinya bahan pangan utama seperti beras tersedia. namun karena daya beli menurun, masyarakat kesulitan mendapat bahan pangan. Karena kondisi ini, ia memprediksi indeks ketahanan pangan akan turun.

Sejak 2015, indeks ketahanan pangan selalu naik. Tapi karena ada pandemi, dia perkirakan menurun di angka 50 atau turun 12,2 persen dari tahun lalu. “Dengan kondisi seperti sekarang, daya kira akan turun hingga tahun depan,” ujarnya, kepada Rakyat Merdeka, semalam.

Dwi menyebut salah satu faktor menurunnya indek pangan lantaran turunnya kapasitas masyarakat untuk mengakses pangan masyarakat turun. “Harus diakui di beberapa kelompok masyarakat akses menjadi melemah karena penurunan daya beli,” ujarnya.

Baca juga : Disindir Kurang Pesona

Meski indeks ketahanan pangan turun, namun Dwi Andreas melihat krisis pangan tidak akan terjadi di Indonesia. Sebab, dari sisi stok pangan, khususnya beras relatif cukup besar, bahkan di pasar internasional. “Pemerintah membantu kelompok lemah ini dengan memberi bantuan tunai langsung.

Senada disampaikan Ekonom Center of Reform on Economics (Core), Mohammad Faisal. Dia bilang, salah satu cara menjaga konsumsi kelompok masyarakat yang rentan terdampak pandemi Corona dengan program perlindungan sosial, seperti bantuan sosial berupa uang tunai. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.