Dark/Light Mode

Jokowi Mesra Dengan Menlu AS

China Jangan Iri Dengki

Jumat, 30 Oktober 2020 07:25 WIB
Presiden Jokowi dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, di Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (29/10). (Foto: Sepres)
Presiden Jokowi dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, di Istana Kepresidenan Bogor, Kamis (29/10). (Foto: Sepres)

 Sebelumnya 
Selain dengan Jokowi dan Retno, Pompeo juga melakukan pertemuan dengan Nahdlatul Ulama (NU). Dia bahkan berpidato di acara yang digelar Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor). Di acara ini, Pompeo kembali menyentil China. Kali ini, soal Muslim Uighur. 

Menurutnya, perlakuan China terhadap Muslim Uighur adalah ancaman bagi kehidupan umat beragama. "Membuat Muslim Uighur memakan Babi pada bulan Ramadhan dan merusak pemakaman dengan alasan memerangi Terorisme, tidak bisa diterima," cetusnya.

Baca juga : Jangan Mau Diselingkuhi

Kunjungan Pompeo ini adalah bagian dari lawatannya ke negara-negara Asia. Sebelum ke Indonesia, Pompeo lebih dulu mengunjungi India, Sri Lanka, dan Maladewa. Setelah dari Indonesia, dia akan mampir ke Vietnam sebelum pulang ke negaranya.

Melihat hal ini, China agak jengkel. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin menuding kunjungan Pompeo adalah upaya 'pemaksaan' terhadap negara-negara kecil dan menengah agar memihak kepada AS. "Sangat khas dari beberapa pejabat AS memaksa negara-negara kecil dan menengah untuk memihak," ucapnya.

Baca juga : Dubes China: Amerika Provokator!

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana tak heran dengan sikap China itu. Menurutnya, kemesraan Indonesia dengan AS jelas bakal bikin China iri berat. Apalagi selama ini China juga selalu berusaha dekat dengan Indonesia. "Ya pastilah (iri)," kata Hikmahanto, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.

Tapi, ia meyakini China akan percaya diri jika Indonesia tidak akan terlalu dekat dengan AS. Sebab, Indonesia menganut sistem politik bebas aktif. Selain itu, Indonesia juga ketergantungan dengan ekonomi China. 

Baca juga : Demi Gelar Juara Dunia, Joan Mir Siap Ngoyo Di Tiga Seri Pemungkas

Dia menambahkan, di tengah panasnya persaingan China-AS, sikap bebas aktif Indonesia bisa memberikan keuntungan. Kini, posisi Indonesia ibarat gadis seksi yang tengah diperebutkan. Apalagi peranan Indonesia cukup strategis di ASEAN, baik untuk pasar, ekonomi, maupun politik. 

Atas hal itu, dia menyarankan agar Indonesia bisa bermain cantik, tanpa terlalu berkubu ke salah satu pihak. "Jangan naif dan langsung menerima pinangan. Kita akan tetap lajang, alias bebas aktif. Ini namanya smart diplomacy (diplomasi cerdas)," sambung Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani itu. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.