Dark/Light Mode

Perang Senjata Lebih Banyak Di Laut

Andika Panglima Bisa Digeser Yudo

Rabu, 6 Januari 2021 07:50 WIB
KSAD Jenderal Andika Perkasa - KSAL Laksamana Yudo Margono. (Foto: Istimewa)
KSAD Jenderal Andika Perkasa - KSAL Laksamana Yudo Margono. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Pendapat berbeda dikemukakan Pengamat Militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi. Dia tidak membantah, selain Andika Perkasa, Yudo Margono juga punya peluang yang cukup besar untuk menjabat Panglima TNI.

Peluang itu bisa makin besar jika pergantian dilakukan setelah melewati pertengahan tahun 2021 hingga menjelang masa pensiun Panglima Hadi Tjahjanto. “Tapi, ini tentu di atas kertas jika tidak ada dinamika dalam formasi kepala-kepala staf angkatan,” ujarnya saat dikontak Rakyat Merdeka, semalam.

Namun jika peluang itu dikaitkan dengan situasi Laut China Selatan, Fahmi menilainya terlalu spekulatif. Fahmi meragukan intensitas konflik di Laut China Selatan akan sangat tinggi dan berpotensi terjadi perang dalam waktu dekat. “Maka seandainya Pak Yudo terpilih, mengaitkannya dengan situasi Laut China Selatan menurut saya agak berlebihan,” imbuh Fahmi.

Baca juga : Asyik, Pesan Tiket Bus AKAP Bisa Dipesan Secara Online

Dia tak menampik, kasus penemuan Sea Glider memang telah menjadi panggung yang baik bagi popularitas Yudo sehingga lebih dikenal sosoknya serta diketahui kemampuannya dalam mengelola komunikasi publik. Dari situ dapat diukur juga persepsi dan sentimen publik terhadapnya. 

“Tapi saya kira kasus ini belum sampai dapat membuat kita yakin bahwa peluang beliau akan menjadi Panglima lebih besar. Jika dianggap lomba lari, maka ini masih jauh dari finish. Butuh nafas panjang dan stamina yang terjaga hingga akhir,” tandas Fahmi.

Sementara Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Kertopati menilai, masalah Laut China Selatan bukan satu-satunya ancaman di masa datang. Karena itu, Panglima TNI baru tak mesti berasal dari AL.

Baca juga : Satu Per Satu Pejabat Banggai Laut Dipanggil KPK

Nuning-sapaannya, menyebut yang akan jadi ancaman pada masa datang adalah gabungan ancaman nirmiliter, ancaman militer, dan ancaman nonmiliter. “Ketiganya kini dikenal sebagai ancaman hibrida dan telah mengubah perspektif ancaman di masa mendatang,” ujar Nuning, kepada Rakyat Merdeka, semalam.

Pada masa depan, lanjutnya, ancaman Nubika (Nuklir, Biologi, Kimia) harus masuk dalam kewaspadaan. Senjata biologi dan pertahanan negara anti senjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai TNI.

Para Prajurit TNI kini dituntut memiliki kemampuan tempur konvensional dan kemampuan tempur kontemporer. “Tuntutan kemampuan di masa depan tersebut harus menjadi agenda pimpinan TNI yang baru,” tuturnya.

Baca juga : Jangan Terlena Dengan Vaksin Dan Abaikan Prokes

Selain itu, tambah Nuning, latar belakang penugasan operasional juga harus dilengkapi dengan pengalaman pendidikan. Sebenarnya Panglima TNI sangat bagus bila memiliki tingkat intelektual yang tinggi dijabat oleh perwira tinggi (pati) yang memiliki kriteria sebagai Scholar Warrior alias berpendidikan. Hal ini penting untuk menghadapi ancaman yang semakin bervariasi. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.