Dark/Light Mode

Amerika, China Dan Yang Lain sedang Perang Vaksin

Kiai Said: Kita Penonton

Kamis, 24 Juni 2021 07:30 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj. (Foto: Istimewa)
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Saat ini vaksin Merah Putih memasuki tahap penelitian hewan. Pada 2022 dijadwalkan rampung. Setelah itu, dia berharap Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin emergency use authorizathion (EUA).

“Uji klinis Tahap 1 keamanan. Normal butuh setahun. Di Corona diperpendek. Keamanan paling gawat sebulan pertama. Jadi tidak mungkin kurang dari sebulan (pembuatannya),” beber Husada.

Dia bilang, di penelitian hewan memang bisa paralel. Tapi, ada beberapa hewan yang diujikan. Mulai hewan kecil seperti tikus. Lalu marmut. Kemudian makaka alias kera besar.

Baca juga : Andika Atau Yudo Yang Jadi Panglima TNI? Ini Kata Istana

“Setelah tahap hewan, baru masuk ke orang tahap 1, lalu 2, lalu 3. Selama di hewan mungkin bisa paralel. Jadi lebih cepat. Tapi tidak bisa hewan belum selesai sudah pindah orang,” jelasnya.

Epidemiolog Universitas Airlangga, Riris Andono mengungkapkan, tidak mudah mendapat lisensi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pembuatan vaksin. “Saat ini ada tujuh vaksin yang disetujui WHO dari 6 negara. Berarti 170 lebih negara adalah negara yang kalah,” tukasnya.

Sedangkan negara yang mendapat dukungan pembuatan vaksin dari WHO hanya enam. Di antaranya Jerman, China, Amerika, dan Inggris. “Betul, ketat sekali mendapat izin memproduksi vaksin itu,” ucapnya.

Baca juga : Hari Ini Jakarta Dan Jateng Borong Penambahan Kasus Corona

Lalu apa tanggapan DPR? Anggota Komisi IX DPR, Rahmad Handoyo mendukung pernyataan Said Aqil. Katanya, ucapan Said Aqil merupakan cambuk bagi seluruh elemen bangsa agar mampu berdikari sendiri. Tidak boleh ketergantungan dari sisi kesehatan terhadap dunia luar.

“Kita memang sudah ketergantungan sangat tinggi, 90 persen obat-obatan dan bahan obat sekaligus, termasuk alat kesehatan 90 persen impor,” paparnya, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Kendati demikian, dia menilai, Presiden Jokowi telah menggencarkan industrialisasi alat kesehatan dan obat. Namun keburu datang Corona, sehingga seluruh energi, sumberdaya dan pembiayaan, difokuskan pada penanggulangan pandemi. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.