Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- AS Roma Juara UEFA Conference League, Mourinho Cetak Sejarah
- Jadi Pelatih Terbaik Inggris, Klopp: Ini Penghormatan Di Musim Yang Gila
- BMKG: Hari Ini, Sebagian Besar Wilayah Indonesia Berawan
- Elkan Baggott Masuk, Ini 29 Pemain Yang Disiapkan Menuju Piala Asia
- 19 Siswa SD Dan 2 Dewasa Tewas Dalam Serangan Pistol Di Robb Elementary School, Texas
PPKM Efektif Tekan Kasus Covid-19
Kita Miliki Peluang Pulihkan Ekonomi
Minggu, 1 Agustus 2021 07:51 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengungkapkan, sejumlah lembaga internasional memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia karena adanya peningkatan kasus Covid-19 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Ini akan menghambat progres pemulihan ekonomi Indonesia di tahun ini. Padahal, hingga paruh pertama tahun ini ekonomi sudah terlihat meningkat,” kata Faisal, Jumat (30/7).
Menurut Faisal, pembatasan aktivitas sangat mempengaruhi kinerja perekonomian di kuartal III-2021.
Namun demikian, pembatasan ini bisa efektif menurunkan kasus Covid-19. Sehingga pada kuartal IV-2021 sudah ada relaksasi yang membuat pemulihan ekonomi bisa kembali meningkat.
Berita Terkait : PPKM Manjur Turunkan Kasus Covid Di Semarang
Faisal menuturkan, ada beberapa faktor yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi tetap berada di jalurnya alias on the track. Misalnya, meningkatkan potensi ekspor Indonesia. Hal tersebut bisa memberi efek positif pada kinerja perekonomian. Kemudian, tingkat inflasi rendah. Hal ini bisa menjaga daya beli masyarakat.
Dari sisi belanja Pemerintah, Faisal memprediksi, ada peningkatan di paruh kedua tahun ini. Hal tersebut seiring dengan pola musiman dan akselerasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Begitu juga dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) berkomitmen memberikan kebijakan yang akomodatif dan pro pertumbuhan untuk menopang proses pemulihan ekonomi.
Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memiliki pandangan sama. Dia menilai PPKM level 4 turut menjadi faktor penurunan proyeksi pertumbuhan.
“Proyeksi bisa saja diturunkan lagi tergantung perkembangan pandemi dan seberapa lama PPKM Darurat dilakukan. Dan, seberapa banyak daerah yang dicakup,” imbuhnya.
David melihat dampak PPKM level 4 terhadap kegiatan ekonomi dalam negeri tidak akan sedalam dampak ketika ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada tahun lalu.
Menurutnya, perbedaan pada aktivitas bisnis antara PSBB dan PPKM level 4 dapat terlihat dari situasi hingga akhir Juli ini. Perbedaan itu didukung oleh 3 faktor pendorong.
Pertama, ekspor dan harga komoditas jauh lebih baik dibandingkan dengan 2020. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tren surplus neraca perdagangan sudah berlangsung dalam kurun waktu 14 bulan terakhir sejak Mei 2020. Terakhir, BPS mencatat surplus Juni 2021 sebesar 1,32 miliar dolar AS. “Jadi, ini penopang terutama untuk provinsi-provinsi di luar Jawa penghasil komoditas,” jelasnya.
Kedua, adanya perubahan perilaku masyarakat dalam berbelanja. Perilaku saat ini berbeda dari tahun lalu di mana belanja kebutuhan pokok sempat turun.
Berita Terkait : Pemda Lamban Testing Dan Lelet Vaksinasi, Apa Perlu Disanksi?
“Belanja kebutuhan pokok cenderung masih bertahan, serta ikut terbantu oleh belanja daring,” katanya.
Ketiga, stimulus Pemerintah lewat bantuan sosial terlihat pengaruhnya pada masyarakat berpendapatan menengah ke bawah. Hal tersebut terlihat dari peningkatan likuiditas secara agregat untuk masyarakat kelompok pendapatan menengah ke bawah. [KPJ]
Tags :
Berita Lainnya