Dark/Light Mode

Keringnya Sawah Kami

Senin, 1 Juli 2019 07:57 WIB
Ngopi - Keringnya Sawah Kami
Catatan :
ADITYA NUGROHO

RM.id  Rakyat Merdeka - Saya biasanya memanggil mang Udin. Dia salah satu yang bantu nenek saya menanam padi. Beberapa sawah kami memang pengelolaan diserahkan kepada dia.

Setiap pagi dia pergi ke sawah. Jarak sawah dari rumah nenek sekitar 2 kilometer (km). Biasanya dia pakai sepeda motor Honda-nya. Bahkan, Lebaran hari kedua dia udah pergi ke sawah. Kenapa saya bisa tahu, karena setiap pagi sebelum ke sawah dia mampir ke rumah nenek.

Baca juga : Mudik Bawa Indomie

“Mang kan masih Lebaran. Udah ke sawah aja,” tanya saya. “Iya a mau nyedot air. Ujannya nggak turun-turun. Kalau nggak sawahnya kering,” jawab mang Udin. “Udah seminggu nggak ujan-ujan a,” tambahnya. Memang sih, selama libur Lebaran kemarin, cuaca di Desa Siluman sangat panas dan kering. 

Daerah ini memang terkenal dengan susah ujan. Sekarang banyak warganya yang pakai PDAM untuk air di rumahnya. Gara-gara kekeringan, kami harus mengeluarkan biaya beli bensin untuk nyedot air. Sehari bisa 10 liter untuk menyalakan mesin sedot air supaya sawah tetap ada airnya.

Baca juga : Kepentingan Lebih Besar

Sementara harga bensinnya per liter Rp 8.000-an. Bisa dibayangkan berapa duit yang harus dikeluarkan oleh petani. Cuan mereka saat panen pun tipis. Menyedot airnya juga tidak bisa sesuka hati. Harus gantian dengan petani lain. Biasanya menyedot dari sumur bantuan pemerintah.

Sementara air dari jalur irigasi juga sudah kering. Agar turun hujan, saat Salat Ied, khatib pun mengajak warga untuk melakukan salat meminta hujan. Pada Lebaran hari keempat akhirnya turun juga hujan cukup besar dan lama. “Alhamdulilah hujan juga. Semoga hujannya sampai ke sawah,” ujar saya dalam hati.

Baca juga : Meriahnya Acara JNF

Saya pun tanya ke mang Udin yang baru datang dari sawah. “Mang sawah banjir? Nggak a, cuma gerimis di sawah mah,” jawab mang Udin. Saya kaget hujan yang lebat dari tadi cuma gerimis di sawah. Wah jika kekeringan berlangsung lama bakal banyak sawah yang gagal panen.

Padahal, bertani merupakan salah satu sumber pendapatan utama desa ini. Pemerintah harus berpikir bagaimana mengatasi masalah ini. Harus ada teknologi yang bisa mengontrol hujan di daerah ini. Sebab, jika memanfaatkan hujan alam sudah sulit ditebak. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :