Dark/Light Mode

Liburan Ke Kebun Raya

Sabtu, 16 November 2019 06:35 WIB
Ngopi - Liburan Ke Kebun Raya
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Hari Minggu 3 November 2019 Saya dan keluarga bertolak ke Kebun Raya Bogor. Selain tidak begitu jauh dari rumah, liburan ke sana juga terbilang murah. Maklum, namanya juga libur kecil kaum kusam. Ada empat keluarga yang ikut.

Saat matahari terbit kami berangkat dari Limo, Depok. Masih pagi. Jalanan belum macet. Di tol juga masih lengang. Sekitar jam 8 kami sampai. Memutari Kebun Raya. Nggak ada gerbang yang di buka. Ternyata kalo Minggu, ditutup untuk kendaraan. Ada Car Free Day (CFD).

Sejenak kami putuskan berhenti di salah satu tempat makan. Buat ngobrol jadinya mau ke mana. Sempat ingin pergi ke Taman Matahari, Bogor. Tapi nggak jadi. “Parkir di sini aja Pak. Terus jalan ke Kebun Raya nya. Tapi dibedain ya Pak tarif parkirnya,” cetus salah seorang juru parkir.

Baca juga : Harapan Kepada Jenderal Iwan

Akhirnya kami memutuskan jalan. Lima menit sampai. Beli tiket buat sembilan orang. Satu tiketnya Rp 15 ribu. Semuanya jadi Rp 135 ribu. Setelah melewati loket kami bingung mau ke mana. Untungnya ada penunjuk arah. Di pinggir danau kami berhenti. Pemandangannya bagus. Istana Kepresidenan terlihat. Beberapa tentara berjaga. Lengkap dengan laras panjangnya.

Tikar pun digelar. Makanan disajikan. Anak-anak langsung berlarian. Karena gerah, anak saya dibukakan baju. Cuma pake singlet. Tubuh mungilnya terlihat. Menggemaskan. Jam 12 kami pulang. Berputar di Bogor. Cari oleh-oleh.

Sampe rumah sekitar jam 5. Habis dimandikan, anak saya tidur. Nggak ada yang aneh. Sekitar jam 1 dini hari. Dia bangun. Badannya panas. Sebagai orangtua baru, kami bingung. “Paling juga kecapean. Besok diurut aja,” usul saya.

Baca juga : Ini Harapan Apindo Ke Dirjen Pajak Baru

Keesokan harinya. Anak saya dibawa ke tukang urut bayi. Katanya ada mahkluk gaib yang ngikutin. “Ini mah ketempelan. Jadi rewel,” tutur istri menyerupai omongan si tukang urut. Saya juga minta tolong teman yang bisa nerawang. “Emang ada yang ngikutin mas. Anak kecil. Tapi nggak ganggu kok. Cuma ngajak main,” katanya bikin panik.

Dua hari berlalu. Panasnya juga belum turun. Padahal saya sudah beri paracetamol. Rabu pagi, saya putuskan bawa ke rumah sakit.

“Karena sudah tiga hari demam, saya khawatir demam berdarah. Apalagi sudah musim hujan,” kata dokter. Kami pun bergegas ke laboratorium. Ngambil sampel darah. Meski nggak tega ngeliat anak baru 17 bulan diambil darahnya.

Baca juga : Manajemen Duit Rakyat

Hasil labnya dibawa lagi ke dokter. Trombositnya 149 ribu. Dari batas normalnya 150-200 ribu. Dokter pun nulis resep. Suruh ngambil di farmasi. Pesannya, besok datang lagi. Cek darah lagi.

Keesokan harinya, kami balik lagi. Ambil darah lagi. Trombositnya turun lagi. Sampai 138 ribu. Muka saya pucat. Begitu juga istri. Namun kami memutuskan rawat jalan. Alhamdulillah anak saya sembuh.

Bukan jalan-jalannya yang ingin saya sampaikan. Karena musim penghujan, mulailah jaga kebersihan. Jangan sampai nyamuk deman berdarah menggigit buah hati anda. Kalo sudah kejadian, pasti anda nggak akan tega. [NUR ROCHMANUDDIN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.