Dark/Light Mode

Feeling Ibu Mertua

Senin, 6 April 2020 02:42 WIB
Ngopi - Feeling Ibu Mertua
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Kalau ada pelanggar HAM berat tahun ini, saya pasti menuding virus Corona sebagai pelaku utama. Sampai orang menikah pun, jadi dilarang. Yang nekat menggelar resepsi pernikahan, dibubarkan. Malah, mulai 1 April, KUA tidak lagi melayani akad nikah. 

Ingatan saya melayang ke Desember tahun lalu, ketika saya duduk berdua dengan (saat itu) calon mertua saya (selanjutnya saya singkat camer), di rumahnya. "Jadi kapan mau akad sama resepsi?" tanya dia. Seminggu sebelumnya, saya baru melamar putrinya. 

"Habis Lebaran, Bu," jawab saya. Saya dan (saat itu) calon istri sudah menyepakatinya. "Nggak dipercepat saja? Nggak baik kalau lama-lama," sambung camer. 

Baca juga : Unfollow Hoaks

Dia mengusulkan pernikahan digelar sebelum bulan Puasa saja. Biar sahur ada temannya, selorohnya. "4 April saja, ya," imbuhnya. Saya tak langsung ambil keputusan. Diskusi dulu dengan keluarga. 

Dua hari kemudian, saya balik lagi. Mengabarkan kalau tanggal 4 April sudah ada saudara yang nikah. Bentrok. Pilihannya cuma dua, tetap setelah Lebaran, sekitar bulan Juni, atau dipercepat jadi Maret. Camer tentu memilih opsi kedua. "28 Maret ya, Bu?" usul saya. 

Camer menggeleng. "Jangan, tanggal tua itu," tuturnya, ceplas-ceplos. Saya ketawa, tapi sepakat. Saya usulkan dimundurkan seminggu. Kali ini, giliran calon istri saya yang protes, nggak bisa. 

Baca juga : Latah Lockdown

Dia kerja sebagai staf HRD di sebuah perusahaan. Tengah bulan, lagi ribet sama urusan penggajian karyawan. Belum bisa ambil cuti karena belum setahun bekerja di sana. "Udah, 7 Maret aja," usul camer. Nggak ada pilihan. Saya dan calon istri mengiyakan. Diskusi selesai. 

Syukur Alhamdulillah, acara pernikahan kami relatif berjalan lancar. Cukup banyak tamu yang masih mau hadir, meski beberapa hari sebelumnya Presiden Jokowi mengumumkan dua kasus pertama positif corona di Tanah Air. 

Sepekan setelahnya, senior di kantor cerita, sepi tamu di nikahan saudaranya. Dari 600 undangan, cuma 200 yang hadir. Itu pun kebanyakan dari pihak keluarga. Dan sepekan setelahnya lagi, resepsi pernikahan mulai dilarang. Beberapa kawan, membatalkan resepsi meski sudah sebar undangan. Terakhir, kawan istri saya, bersama 12 caten lainnya, menikah di KUA 29 Maret lalu. Cuma akad. 

Baca juga : Corona Bikin Merana

Ibu mertua saya sampai sekarang sering banget mengucapkan syukur. "Alhamdulillah, kalian masih sempat ya gelar pernikahan". Saya juga, meski dalam hati. Pengen bilang, cuma malu. Di sini aja deh bilangnya. Terima kasih ibu mertua, feelingmu menyelamatkan saya.

Oktavian Surya Dewangga, Wartawan Rakyat Merdeka

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.