Dark/Light Mode

Waspada Resesi

Biaya Hidup Naik, Rachmat Gobel Minta Insentif UMKM Diperkuat

Rabu, 20 Juli 2022 09:12 WIB
Wakil Ketua DPR Bidang Korinbang, Rachmat Gobel (Foto: Instagram)
Wakil Ketua DPR Bidang Korinbang, Rachmat Gobel (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua DPR Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmat Gobel mengingatkan pemerintah, agar tidak lengah dalam menghadapi berbagai tantangan akibat perekonomian global, yang terindikasi menuju resesi.

Gobel berpendapat, meski sejauh ini indikator perekonomian relatif aman, kondisi ini bisa saja memburuk. Terutama, jika pemerintah lengah dalam mengantisipasi berbagai kebijakan negara yang menjadi mitra utama. Seperti China, Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa.

"Kita harus memperhatikan secara cermat perkembangan ekonomi mitra utama dan global, yang tengah menuju resesi. Agar dampaknya terhadap perekonomian dalam negeri kita, bisa dieliminasi semaksimal mungkin. Salah satu kuncinya, adalah menjaga pasar dalam negeri dan sikap hati-hati pemerintah dalam mengambil kebijakan,” kata Gobel, Rabu (20/7).

Sejauh ini, perkembangan indikator makro perekonomian memang masih terkendali. Meski secara umum laju inflasi secara year on year (yoy) per Juni lalu sudah mencapai 4,35 persen, laju inflasi inti dilaporkan masih terkendali di sekitar angka 2,63 persen.

Baca juga : Peluang Resesi Indonesia Kecil, Moeldoko: Bukti Fundamental Ekonomi Domestik Kuat

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih relatif tinggi. Pertumbuhan pada kuartal pertama tahun ini mencapai 5,01 persen. Hingga semester I, diperkirakan 4,9 sampai 5,2 persen.

Pada neraca perdagangan, tren positif masih tetap berlanjut. Seperti terlihat pada Semester I tahun 2022, yang mencatat surplus 24,80 miliar dolar AS. Naik 110,22 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2021.

Surplus ini berasal dari meningkatnya total ekspor sebesar 37,11 persen. Dari 102,883 miliar dolar AS pada Semester I 2021, menjadi 141,068 miliar dolar AS pada Semester I 2022.

Pada periode yang sama, total impor tercatat naik 27,6 persen, dari 91,04 miliar dolar AS menjadi 116,18 miliar dolar AS.

Baca juga : Majukan Indonesia Timur, Telkom Gelar Mini EXPO UMKM di Makassar

Surplus neraca perdagangan tersebut memberi angin segar pada cadangan devisa, yang menurut data Bank Indonesia per Mei 2022 lalu tercatat 135,6 miliar dolar AS. Atau cukup untuk membiayai 6,6 bulan impor.

Pencapaian ini cukup membantu upaya menghadapi tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Meski terdepresiasi sekitar 4,14 persen sampai Juni lalu, perkembangan nilai tukar rupiah relatif cukup stabil dibandingkan mata uang negara lain. 

Sebut saja India, yang terdepresiasi 5,17 persen, Malaysia 5,44 persen, dan Thailand 5,84 persen.

Untuk pelaksanaan APBN 2022, Kementerian Keuangan melaporkan, pendapatan negara sepanjang Semester I mencapai Rp 1.317,2 triliun. Atau tumbuh 48,5 persen secara year on year (yoy), dan telah mencapai 58,1 persen dari target pagu Perpres Nomor 98 Tahun 2022.

Baca juga : Atasi Kecemasan PMK, Puan Minta Vaksinasi Hewan Ternak Dipercepat

Realisasi belanja negara mencapai Rp 1.243,6 triliun atau lebih tinggi 6,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, dengan persentase penyerapan mencapai 40,0 persen terhadap pagu Perpres Nomor 98 Tahun 2022.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.