Dark/Light Mode

Pemilu Serentak Bikin Angka Golput Berkurang

Selasa, 19 Februari 2019 05:36 WIB
(Dari kiri) Anggota Fraksi PPP MPR Ahmad Baidhowi, Anggota Fraksi Gerindra MPR Ahmad Riza Patria, dan Pemerhati komunikasi politik Umaimah Wahid, dalam diskusi Empat Pilar MPR, di Ruang Wartawan, Kompleks Parlemen, Senayan, kemarin.
(Dari kiri) Anggota Fraksi PPP MPR Ahmad Baidhowi, Anggota Fraksi Gerindra MPR Ahmad Riza Patria, dan Pemerhati komunikasi politik Umaimah Wahid, dalam diskusi Empat Pilar MPR, di Ruang Wartawan, Kompleks Parlemen, Senayan, kemarin.

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggota Fraksi Gerindra MPR Ahmad Riza Patria meyakini bahwa angka golput di Pemilu 2019 akan lebih kecil dibanding Pemilu 2014. Berkurangnya golput ini didorong pelaksanaan Pemilu serentak, Pilpres dan Pileg dilangsungkan bareng. Pemilu serentak ini efektif dalam menekan angka golput.

“Dulu, jika dibandingkan Pilkada, Pileg, dan Pilpres, golput lebih tinggi pada Pilpres. Tapi, Pileg dan Pilpres saat ini dilakukan secara serentak. Saya yakin, masyarakat punya kepedulian dengan Pileg dan Pilpres serentak,” kata Riza, dalam diskusi Empat Pilar MPR yang bertajuk ‘Potensi Golput di Pemilu 2019’, di Ruang Wartawan, Kompleks Parlemen, Jakarta, kemarin.

Riza menjelaskan, akan banyak tim sukses dan caleg turun. Mereka akan menggiring konstituen dan kelompok masyarakat untuk ikut dalam Pemilu. Kondisi ini akan mendorong partisipasi masyarakat. Selain itu, maraknya isu politik di media sosial juga berpengaruh pada naiknya tingkat partisipasi pemilih.

“Masyarakat sekarang semakin peduli pada demokrasi. Karena itu, golput tidak akan besar. Malah bisa turun. Terlebih, Pileg dan Pilpres dilakukan serentak,” jelas Wakil Ketua Komisi II DPR itu.

Baca juga : Pertamina Turunkan Harga Avtur

Selain itu, kata dia, masyarakat juga semakin kritis dan peduli pada politik. Contohnya, emak-emak, milenial, kalangan akademisi, serta kalangan agama, yang kini mulai terlibat dalam dunia politik.

“Emak-emak lebih militan, solid, dan jujur. Milenial atau kelompok pemilih pemula, yang jumlahnya 35-40 persen dari jumlah pemilih, juga mulai melek politik,” imbuhnya.

Riza juga berkeyakinan bahwa kalangan akademisi seperti dosen, penelitik, pengurus kampus, yang sebelumnya cuek, juga akan aktif dalam Pemilu kali ini. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya deklarasi orang yang mengatasnamakan perguruan tinggi memberi dukungan para para calon presiden.

“Ulama, santri, ustaz, habib, pendeta, dan sebagainya juga peduli dengan politik. Mereka mulai menyadari pentingnya politik. Dari kelompok masyarakat itu, saya meyakini angka golput akan menurun,” tegasnya.

Baca juga : Sejak 2018 Hingga Awal 2019 Banyak Gerai Ritel Tumbang

Anggota Fraksi PPP MPR Ahmad Baidhowi berkeyakinan sama. Dia memperkirakan, angka golput dalam Pemilu 2019 ini tidak besar. “Dengan Pemilu serentak, semua elemen ikut bergerak,” kata mantan wartawan ini, di tempat yang sama.

Namun begitu, dia mengharapkan sosialisasi Pemilu tetap digencarkan. Sebab, masih ada kelompok masyarakat, terutama di daerah yang sulit terjangkau, belum mengetahui Pemilu dilakukan secara serentak. “Media massa juga berperan penting untuk menginformasikan berita Pemilu serentak yang baru pertama kali diadakan di Indonesia,” sarannya.

Pemerhati komunikasi politik Umaimah Wahid melihat hal berbeda. Kata dia, peluang golput dalam Pemilu 2019 masih besar. Bahkan lebih besar dari Pemilu sebelumnya. Dia mendasarkan argumennya pada beberapa hasil survei. Sekitar 20-30 persen pemilih berkecenderungan akan golput pada hari pencoblosan Pemilu 17 April nanti.

“Golput pada Pemilu 2019 ini diperkirakan naik dibanding Pemilu 2014. Tapi, masih ada waktu sekitar dua bulan untuk mengurangi angka golput tersebut,” katanya.

Baca juga : The Gunners Ompong Belakang

Untuk mengurangi angka golput, kata dia, KPU harus lebih gencar melakukan sosialisasi. Partai politik juga harus bergerak. Partai politik punya tanggung jawab melakukan sosialiasi dan meyakinkan masyarakat agar mau memilih. Selain itu, para kandidat politik, baik capres, cawapres, maupun caleg, harus mampu mampu meyakinkan masyarakat bahwa ikut nyoblos dalam Pemilu itu penting.

“Pemuka masyarakat dan media massa punya juga tanggung jawab untuk memberikan informasi yang menggugah masyarakat untuk berpartisipasi secara maksimal dalam Pemilu 2019. Tanpa partisipasi, legitimasi Pemilu akan berkurang. Ini tanggung jawab kita semua untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam Pemilu,” tandasnya. [ONI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.