Dark/Light Mode

Tak Rela RI Cuma Jadi Penonton

Bamsoet Cerita Gebrakan Zuckerberg Dan Nadiem

Selasa, 11 Agustus 2020 22:08 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (kiri).
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (kiri).

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) meminta kalangan anak muda bersiap diri menghadapi kompetisi global. Anak muda Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton ataupun konsumen saja.

Apalagi, lanjut Bamsot, dengen bonus demografi yang luar biasa dan jumlah pemuda dengan rentang usia 16-30 tahun yang mencapai 64 juta jiwa, seharusnya Indonesia bisa mengambil peran dalam percaturan ekonomi dan politik dunia. 

Baca juga : BUMN Keroyokan Jaga Stok Pangan Nasional

“Mark Zuckerberg meluncurkan facebook pada usia 20 tahun. Larry Page dan Sergey Brin mengenalkan Google saat berusia 25 tahun. Sementara Zhang Yiming yang berusia 35 tahun, adalah tokoh penting dibalik berdirinya perusahaan ByteDance sebagai induk aplikasi Tik Tok. Setelah Nadiem Makarim yang memperkenalkan platform Go-Jek pada usia 27 tahun, dunia masih menunggu lahirnya pemuda lain asal Indonesia yang mampu mengguncang dunia melalui berbagai karya,” kata Bamsoet menyemangati mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat mengisi Sosialisasi Empat Pilar MPR RI secara virtual, Selasa (11/8).

Dalam acara ini, turut hadir antara lain Rektor UIN Syarif Hidayatullah Prof. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri, Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Wulan Sari Aliyatus Sholikhah, dan Ketua Dewan Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Zulhilmi Amrullah.

Baca juga : Sosialisasi 4 Pilar MPR di Kalangan Pemulung, Bamsoet Bagikan Sembako dan Sepeda

Bamsoet mengungkap, persaingan kini semakin ketat. Dicontohkannya, persaingan dibidang teknologi informasi antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Presiden AS Donald Trump  mengeluarkan executive order melarang platform aplikasi milik China, Tik Tok dan We Chat, beroperasi di AS. Trump beralasan khawatir masalah keamanan nasional. Padahal, sebagaimana ramai diberitakan, pelarangan tersebut bertujuan agar Whatsapp dan juga facebook yang notabene perusahaan milik AS tak kalah bersaing. 

Berdasarkan data Statista, papar Bamsoet, per 30 Juni 2020 saja, pengguna Tik Tok di AS sudah mencapai 45,6 juta pengguna. Menurut Bamsoet,  Trump pernah menyampaikan,  agar Tik Tok dan We Chat bisa beroperasi di AS, harus menjual kedua aplikasi tersebut kepada perusahaan milik  AS. Hal ini menandakan bahwa kompetisi dan kolaborasi itu nyata, seperti dua sisi dalam keping mata uang logam. Bahkan sampai mengharuskan presiden dari negara super power turun tangan.

Baca juga : Perempuan Kepala Keluarga Jadi Penerima BLT Terbanyak

Pada sisi lain, Bamsoet menerangkan,  sejak 2009 pemerintah China juga sudah terlebih dahulu melarang berbagai platform aplikasi asal AS seperti facebook, Google, Twitter, hingga instagram. 

"Jika dari platform aplikasi saja, Amerika dan China sudah bersaing secara ketat, apalagi bidang militer dan ekonomi," pungkas Bamsoet. (QAR/TIM)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.