Dark/Light Mode

Musim Panen, Harga Malah Jeblok

Duh, Nasib Petani Kita Tak Semujur Importir

Selasa, 12 Januari 2021 07:25 WIB
Anggota Komisi VI DPR, Herman Khaeron. (Foto: Facebook)
Anggota Komisi VI DPR, Herman Khaeron. (Foto: Facebook)

 Sebelumnya 
Negara yang memasok kedelai cukup besar, kata Lutfi, adalah China, untuk kebutuhan pakan ternak mereka. Lutfi mengungkapkan, pada 2019-2020 China mengalami wabah flu babi, yang menyebabkan banyak kematian hewan ternak mereka.

“Jadi hari ini mereka memulai ternak babi lagi dengan jumlah sekitar 470 juta. Yang tadinya makanannya tidak diatur, hari ini makanannya diatur. Karena makanannya diatur tiba-tiba karena babi yang besar ini hampir dua kali lipat, permintaan kedelai dari China kepada Amerika Serikat dalam kurun waktu yang singkat,” katanya.

Baca juga : PKB Ajak Tokoh Nasional Teladani Presiden Jokowi

Secara terpisah, anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin berharap, pemerintah tidak mengurangi alokasi pupuk subsidi kepada petani. Dia mengingatkan, pada 2020 saja, banyak petani yang mengeluh tidak kebagian pupuk. Lantaran alokasinya berkurang drastis. Jika di 2019 Pemerintah mengalokasikan 8,8 juta ton, namun di 2020 hanya sebesar 7,9 juta ton.

“Padahal dengan adanya pupuk subsidi saja, para petani kesulitan mencapai BEP (Break Even Point) atau titik impas dari hasil produksi pertaniannya,” kata Akmal.

Baca juga : El Real Jeblok, Zidane : Saya Tidak Akan Mundur

Dia mengingatkan, pupuk merupakan salah satu kunci utama peningkatan produksi pertanian. Pemangkasan pupuk subsidi akan berdampak pada produktivitas petani.

“Jangan sampai anggaran pupuk subsidi ini hilang, lalu dialihkan untuk alokasi impor produk pangan dan pertanian. Evaluasi penyelenggaraan pupuk subsidi ini mesti mendalam dan ditemukan akar persoalannya,” tegas politisi PKS ini.

Baca juga : PM Pakistan Minta Facebook Larang Konten Islamophobia

Politisi asal Sulawesi Selatan ini menilai, problem utama distribusi pupuk subsidi karena persoalan manajemen penyaluran dan pelaksanaannya di lapangan yang ditemukan banyak bermasalah. Tidak boleh karena persoalan distribusi kemudian mengorbankan petani.

“Berkurang 0,9 juta ton saja, petani di berbagai wilayah Indonesia mulai bergejolak,” katanya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.