Dark/Light Mode

Netizen Academy Bali Tahun 2021

MPR Ajak Publik Bijak Bermedia Sosial

Senin, 1 November 2021 07:01 WIB
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi Setjen MPR, Siti Fauziah saat Netizen Academy di Kawasan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (30/10). (Foto: Ist)
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi Setjen MPR, Siti Fauziah saat Netizen Academy di Kawasan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (30/10). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Puluhan netizen Bali yang berasal dari berbagai blog, vlog, Instagram, Facebook, dan Twitter terlihat antusias saat mengikuti Netizen Academy. Kegiatan yang digelar oleh MPR di kawasan Kuta, Kabupaten Badung, Bali, 30 Oktober 2021, itu bertema Unity In Diversity For A Better Indonesia.

Hadir dalam kegiatan yang selalu menyampaikan slogan Bijak Bermedia Sosial Dalam Mewujudkan Karakter Bangsa, Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi Setjen MPR, Siti Fauziah, Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Setjen MPR Budi Muliawan.  

Di awal sambutan Siti Fauziah menyapa kepada para netizen. Dirinya merasa bangga kegiatan yang digelar di pulau dewata itu diikuti tidak hanya mereka yang berasal dari berbagai media sosial namun juga berasal dari beragam latar belakang suku, agama, dan ras. "Ini merupakan bentuk keragaman Indonesia. Namun tetap Indonesia," tutur Siti.

Disampaikan kepada para peserta, Netizen Academy yang digelar selepas pukul 13.00 WITA itu merupakan kegiatan yang ketiga kalinya. Sebelum digelar di Bali, MPR menggelarnya di Bandung dan Semarang. Kegiatan digelar di berbagai kota menurut Siti Fauziah untuk mensosialisasikan lembaga dan kegiatan MPR. "Agar MPR dikenal di media sosial," paparnya.  

Perempuan yang akrab dipanggil Ibu Titik itu berharap tema yang diusung dalam kegiatan ini bisa diterjemahkan atau diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Baca juga : HUT Ke-76, Kemenkumham Benahi Tata Layanan Publik Berbasis Digital

"Kita perlu bijak ketika menggunakan media sosial. Inj penting sebab saat ini media sosial kerap disalahgunakan oleh sekelompok orang untuk melakukan tindakan yang tidak bertanggungjawab, menyebar berita bohong, hoax, bahkan fitnah," ungkapnya.  

Hadir dalam Netizen Academy mayoritas adalah kaum milenial. Melihat hal yang demikian, Siti Fauziah menuturkan media sosial tidak hanya digunakan oleh kaum millennial, mereka yang sudah berumur pun juga memakai media itu.

Maraknya penggunaan media sosial, menurut perempuan asal Kota Bandung, Jawa Barat, itu merupakan bukti perkembangan teknologi komunikasi. "Zaman saya masih kuliah tidak ada media sosial. Pada masa itu media yang berkembang adalah koran, majalah, dan terbitan yang sifatnya cetakan. Dulu yang memiliki handphone sedikit. Nah sekarang rata-rata semua orang memiliki handphone," tambahnya.

Agar bisa mengikuti perkembangan jaman dalam berkomunikasi maka MPR selalu menyesuaikan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi. Selain memiliki akun Facebook, Youtube, Twitter, dan Instagram, saat ini MPR juga mempunyai Buku Digital MPR.

"Tak ada gading yang tak retak. Kami meminta masukan dari para netizen. Kami serap aspirasi. Masukan yang ada akan kita implementasikan," tambahnya.  

Baca juga : MPR Ajak Masyarakat Turut Kampanye Bijak Bermedia Sosial

Budi Muliawan dalam kesempatan itu mengatakan, 93 tahun yang lalu di tengah masyarakat terjadi peristiwa yang besar dan monumental. Pemuda dari berbagai daerah dan agama berkumpul untuk menggelar Kongres II Pemuda Oktober 1928. Apa yang dilakukan oleh para pemuda itu menurut alumni Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang, itu merupakan suatu keberanian.

"Para pemuda berani menyatakan satu tekad Indonesia sebelum bangsa ini merdeka pada 17 Agustus 1945," paparnya.  

Tidak hanya di Jakarta peristiwa sejarah perjalanan bangsa terjadi. Di Bali, para raja, rakyat, dan tentara rela berkoban untuk mempertahankan wilayahnya, merebut, dan mempertahankan Indonesia. Ada Peristiwan Puputan Margarana yang dipimpin oleh Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai.

"Bila orang Bali sudah melakukan puputan maka ia akan berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan haknya. Jauh sebelum merdeka, di Bali juga ada peristiwan puputan-puputan yang lain," ungkapnya.  

Dari berbagai peristiwa di atas, Budi Muliawan menyebut bangsa ini adalah bangsa pejuang. Dengan demikian para pahlawan itu juga mewariskan nilai-nilai perjuangan. Nilai-nilai itulah yang perlu terus dirawat. "Kita merdeka karena perjuangan bukan pemberian penjajah. Pahlawan-pahlawan bangsa ini adalah inspirasi kita," ujarnya.  

Baca juga : Garuda Pertiwi Cuma Punya Waktu 4 Hari Beradaptasi

Sebagai generasi muda, kaum milenial, menurut Budi Muliawan bisa melakukan perubahan menuju ke keadaan yang lebih baik. Ia mengajak kepada kaum milenial yang hadir dalam acara itu untuk menyuarakan kebenaran.

Bila para pemuda tidak akan mengambil peran yang kontributif dan positif maka ruang-ruang itu akan diisi oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. "Sampaikan yang baik lewat media sosial," imbaunya.  

Koordinator Netizen Bali, I Gusti Manik senang bisa mengikuti acara itu. Dia berterima kasih kepada netizen Bali yang antusias datang ke acara ini. Disebutkannya, mereka yang hadir tidak hanya dari bloger, vloger, dan pengguna media sosial lainnya namun juga ada yang berprofesi musisi. [TIF]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.