Dark/Light Mode

Kongres PDIP Dipercepat Agustus

Banteng Tanpa Mega, Masihkah Bisa Nanduk

Jumat, 14 Juni 2019 05:29 WIB
Prananda Prabowo akan dipilih menjadi ketum PDIP.
Prananda Prabowo akan dipilih menjadi ketum PDIP.

RM.id  Rakyat Merdeka - Berpuluh-puluh tahun ini, PDIP sangat identik dengan Megawati Soekarnoputri. Di bawah kepemimpinan Mega, partai berlambang banteng ini, sangat kuat dan konsisten menjadi partai papan atas. 

Kalau Mega turun tahta, masihkah banteng bisa “nanduk”? Isu Mega akan turun tahta ini menguat setelah ada keputusan PDIP mempercepat pelaksanaan kongres. 
Yang sedianya digelar Agustus 2020, dipercepat menjadi Agustus tahun ini. Kabar tersebut tentu saja bikin kaget dan penasaran banyak pihak. 

PDIP terakhir kali menggelar kongres di Bali, 2015. Kala itu, secara aklamasi peserta kongres memutuskan dan mengukuhkan kembali Mega sebagai ketua umum periode 2015-2020. Kepemimpinan Mega hasil kongres itu baru akan selesai pada 2020. Namun, ada pertimbangan mendesak sehingga PDIP mempercepat kongresnya.

Kabar soal percepatan kongres itu muncul pertama kali lewat surat undangan Rakernas IV PDIP yang akan digelar 19 Juni nanti. Foto surat tersebut beredar di kalangan wartawan sejak awal pekan lalu. Ada beberapa informasi yang termuat dalam surat tersebut. Pertama, salah satu agenda Rakernas adalah membahas gelaran Kongres V. 

Kedua, surat undangan itu tidak ditandatangani Mega. Tapi oleh putranya, Prananda Prabowo, dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Ini sedikit tak lumrah. Karena, surat undangan sekelas Rakernas biasanya ditandatangani ketum dan sekjen.Hal itu menguatkan kabar yang menyebutkan bahwa dalam kongres nanti akan ada pergantian kepemimpinan di PDIP. 

Baca juga : Kerek Ekonomi, Benteng Belanda Jadi Dinasti Wisata Di Riau

Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan, Kongres V nanti akan digelar di Bali pada 8-10 Agustus nanti. Soal agenda kongres, Hendrawan tak mau banyak bicara. 

Dia bilang, dalam waktu dekat Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto akan memaparkan lebih detail. Ketua Badiklatpus PDIP Eva Kusuma Sundari menyampaikan hal serupa. Kata dia, Rakernas pada Juli nanti untuk mempersiapkan gelaran kongres pada Agustus. Kenapa dipercepat? Dia bilang, banyak agenda partai yang perlu dieksekusi secepatnya. 

Salah satunya, pembentukan kepengurusan partai yang baru dari tingkat daerah sampai ke tingkat pusat. Apakah akan ada pergantian kepemimpinan? Eva bilang, secara normatif, agenda kongres adalah memilih ketum dan pengurus DPP yang baru. Tapi apakah akan ada pergantian kepemimpinan, Eva menggeleng. 

Kata dia, keputusan pergantian ketum semua menjadi kewenangan Megawati.“Semuanya berpulang ke Bu Mega, mau tetap atau diganti. Saya yakin bu Mega sudah menyiapkan yang terbaik bagi PDIP,” katanya, saat dikontak Rakyat Merdeka, kemarin. 

Sejak Pemilu lalu, memang sudah muncul dua gosip besar terkait PDIP, terutama mengenai posisi putra dan putri Mega. Pertama, disebutkan bahwa Puan Maharani yang akan menjadi ketua DPR.Kedua, Prananda Prabowo akan dipilih menjadi ketum PDIP. 

Baca juga : Jasa Marga Berlakukan Buka Tutup Rest Area

Pengamat politik dari UIN Jakarta Adi Prayitno melihat, pergantian kepemimpinan di tubuh PDIP bisa saja terjadi dalam kongres nanti. Namun begitu, kemungkinan Mega akan melanjutkan kembali kepemimpinannya juga masih sangat besar. Ada dua alasan besar kenapa Mega akan kembali terpilih. 

Pertama, Mega adalah simbol ideologis PDIP yang terbukti membawa partai ini bisa sukses seperti sekarang. Kedua, di bawah kepemimpinan Mega, PDIP bisa survive baik sebagai oposisi maupun sebagai partai penguasa. 

“Tapi, bisa saja Megawati merasa sekarang waktu yang tepat untuk melakukan regenarasi kepemimpinan seperti yang sudah disampaikannya berkali-kali,” kata Adi, saat dikontak tadi malam.

Kalau ada pergantian kepemimpinan, siapa yang akan dipilih? Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini bilang ada dua sosok yang dianggap bisa meneruskan kepemimpinan Mega. Dua orang itu tak lain sebagai anak biologis dan ideologis Mega yaitu, Puan dan Prananda. 

Menurutnya, Puan dan Prananda merupakan sosok representatif untuk melanjutkan trah Soekarno. Suka tak suka, PDIP adalah partai yang lekat dengan trah soekarno dan tradisi marhaen atau nilai-nilai kerakyatan wong cilik.“Perlu sosok trah Soekarno untuk mensolidkan dan merekatkan partai,” ungkapnya. 

Baca juga : Diperiksa Kasus Makar, Mungkinkah Amien Ditangkap?

Apakah PDIP bisa kuat tanpa Mega? Dia bilang tentu saja bisa. Hanya saja butuh waktu untuk bisa sampai seperti sekarang. Sebab, saat awal Mega memimpin pun, banyak tantangan yang dihadapinya dalam membangun infrastruktur dan suprastruktur politik PDIP.“Butuh kesabaran revolusioner, konsistensi, dan daya tahan,” paparnya. 

Sejarah mencatat, PDIP baru tampil sebagai pemenang Pileg pada 1999. Setelah itu, selama 10 tahun yakni pileg 2004 dan 2009, Pileg dimenangi Golkar dan Demokrat. Baru 2014 dan 2019 PDIP kembali memenangkan Pileg dan Pilpres bersamaan. Posisi puncak ini tak lepas dari figur Mega yang cukup lama membagun pondasi partai. “Penggantinya nanti punya tanggung jawab melanjutkan konsistensi ini. Karena mempertahankan kemenangan sama susahnya dengan meraih kemenangan,” pungkasnya. [BCG]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.