Dark/Light Mode

SBY: Saya Tak Pernah Tuduh PDIP

Senin, 17 Desember 2018 05:46 WIB
Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, tampak sedih dan kecewa memandangi baliho Demokrat yang dirusak dan dirobohkan di Pekanbaru Riau, Sabtu (15/12) dinihari. (Foto: Twitter @PDemokrat)
Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, tampak sedih dan kecewa memandangi baliho Demokrat yang dirusak dan dirobohkan di Pekanbaru Riau, Sabtu (15/12) dinihari. (Foto: Twitter @PDemokrat)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perusakan bendera dan atribut Partai Demokrat di Pekanbaru membuat tensi hubungan Demokrat dengan PDIP sedikit naik. PDIP kesal, merasa dituduh sebagai pelaku. Ketum Demokrat SBY buru-buru menegaskan, dirinya tidak pernah menuduh PDIP. SBY tampak masih memendam amarah. Perusakan bendera dan atribut Demokrat begitu memukul Presiden RI keenam ini.

Minggu (16/12), SBY kembali angkat suara soal ini. Kata dia, pihaknya sudah mengantongi bukti kuat di balik aksi perusakan tersebut. Demokrat berharap, polisi segera mengungkap aktornya. "Kepolisian kita hebat. 10 tahun saya memimpin, banyak sekali menyelesaikan masalah. Cepat, tepat dan tuntas," kata SBY di Pekanbaru. Ditanya soal politikus PDIP Kapitra Ampera yang akan melaporkan dirinya ke polisi, SBY tersenyum. Dia mempersilakan Kapitra, kalau mau melaporkan dirinya. "Saya tadi malam juga dengar. (Tapi) Saya tidak pernah menuduh PDI Perjuangan di balik apa yang dilakukan kemarin," tegas SBY.

Kapitra awalnya akan melaporkan SBY ke Ditreskrimsus Polda Riau. Tapi batal. Kapitra menyatakan tidak jadi melaporkan SBY, karena tidak mendapat lampu hijau dari Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Selain itu, dia juga mengatakan masih menunggu sikap dan keputusan DPP PDIP yang baru akan menggelar rapat, Selasa (18/12).

Baca juga : Pengusaha Kain Pel Lawan Artis Cantik

Sementara itu, Kepolisian Daerah Riau belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut. Polisi masih intensif melakukan pemeriksaan terhadap HS, salah seorang yang diduga menjadi pelaku perusakan. Polda Riau baru berencana memberikan pernyataan pers terkait penanganan kasus ini, hari ini, Senin (17/12). Sekadar latar, ratusan bendera dan umbul-umbul Demokrat dirusak sekelompok orang, Sabtu (15/12) dinihari. Sabtu (15/12) pagi, bendera partai berlambang mercy itu ditemukan sudah berserakan di jalanan. Sebagian sudah dalam keadaan robek atau terpotong. Sebagian lagi dibuang ke parit.

Keadaan baliho-baliho juga sama. Berserakan di jalanan. Beberapa baliho sobek di bagian tengah, seperti disayat pisau. Sebagian tepat terpotong di bagian kepala atau leher foto SBY. Anehnya, hanya atribut Demokrat yang seperti itu. Atribut partai lain seperti milik PDIP, Golkar, Nasdem dan PSI masih berkibar dan berdiri tegak. Di tempat yang sama. Kader Demokrat berhasil menangkap seorang pelaku. Kemudian diserahkan kepada polisi. Menurut Wasekjen Demokrat Andi Arief, dari pengakuan pelaku, diketahui perusak atribut partai berjumlah 35 orang yang dibagi dalam 5 kelompok. Satu regu terdiri atas 7 orang. Mereka dibayar 150 ribu per orang.

"Yang menyedihkan, pemberi order dari Partai berkuasa," cuit @AndiArief__ di Twitter. Menurut Andi, dari keterangan pelaku, diperoleh informasi bahwa dia disuruh Pengurus PDIP. Tentu saja, info awal itu terlalu gegabah jika dipercaya begitu saja. "Selama ini hubungan kami baik. Tugas polisi menyimpulkannya. Tidak ada alasan, pelakunya ada. Beda dengan kasus lain," kicaunya. Kata Andi, perusak atribut punya kemampuan mengelabui dan menembus batas keamanan standar siaga satu kunjungan Presiden. Wajar kalau polisi tidak mengendus. "Punya ilmu sirep, semua keamanan tertidur," sindirnya.

Baca juga : Hibur Pengemudi Ojek Yang Kepanasan, Prabowo Joget Diikuti Titiek

Cuitan Andi bikin PDIP mencak-mencak. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, tuduhan Andi bikin kader banteng di Pekanbaru tersinggung. "Ketua Ranting protes keras. Kenapa Andi Arief tanpa melakukan kajian bersama, tiba-tiba melontarkan tuduhan," kata Hasto seusai acara konsolidasi di Asahan, Sumatera Utara, Minggu (16/12). Hasto sudah meminta Plt Ketua DPD PDIP Riau Rokhmin Dahuri, datang langsung mengecek tudingan Demokrat. Hasilnya, tuduhan itu tidak benar. Hasto menduga, ada oknum yang tidak suka elektabilitas PDIP terus meningkat, sehingga mencoba memojokkan PDIP. "Mereka menyusup, mengadu domba," jelas Hasto.

Dalam kasus ini, dia menyarankan Demokrat menyelesaikan masalah ke jalur hukum. "Bukan menangis," sindirnya. Presiden Jokowi juga angkat bicara mengenai kasus ini. Menurutnya, seluruh lapisan masyarakat harus menjaga suasana di tahun politik. "Caleg, parpol dalam kontestasi Pilpres mari jaga ketenangan, kesejukan dalam memasuki tahun politik. Jangan sampai memanasi dengan cara yang tidak beradab," tegas Jokowi di Grand Suka, Pekanbaru, Sabtu ,(15/12). "Kita bicara semua, tim, partai, caleg harus saling menghargai hormati baik bertutur kata, pemasangan spanduk dan baliho, semuanya," ucap Jokowi.

Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Erick Thohir menegaskan, pihaknya tak pernah merusak atribut alat peraga kampanye milik Demokrat. Dia menjamin TKN tetap menjunjung tinggi kampanye damai, dan tak pernah melakukan perusakan terhadap alat peraga kampanye partai mana pun. Erick juga mengutuk keras berbagai provokasi yang mengganggu jalannya tahapan Pemilu. Termasuk, cara-cara kotor dengan merusak atribut kampanye partai lain. "Semoga pihak kepolisian bisa mengusut dan menindak tegas siapa pun yang melakukannya," ucap Erick.

Baca juga : Turun Dari Panggung, Prabowo Panas-Panasan Dengan Ribuan Ojol

Perusakan atribut Demokrat tersebut juga mendapat perhatian Bawaslu. Ketua Bawaslu, Abhan mengatakan perusakan baliho peserta Pemilu bisa masuk kategori pelanggaran Pemilu. "Kalau itu, masuk pidana pemilu," kata Abhan. Dia memastikan, pihaknya sedang mengkaji masalah tersebut. Sebab, perusakan alat peraga kampanye bisa juga masuk kasus pidana umum, selain pelanggaran Pemilu. Jika masuk ke dalam pelanggaran, Bawaslu akan berkoordinasi dengan Bawaslu Riau untuk menindaklanjuti. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.