Dark/Light Mode

Nggak Khawatir Soal Elektabilitas

Jokowi Gas Poll Hingga Hari Pencoblosan

Rabu, 6 Februari 2019 08:49 WIB
Capres No Urut I , Jokowi saat menghadiri acara Deklarasi Jokowi - Maruf oleh Forum Alumni  Jatim di Kawasan Tugu Pahlawan, Surabaya, Sabtu (2/2). (Foto: Randi Tri Kurniawan/Rakyat Merdeka).
Capres No Urut I , Jokowi saat menghadiri acara Deklarasi Jokowi - Maruf oleh Forum Alumni Jatim di Kawasan Tugu Pahlawan, Surabaya, Sabtu (2/2). (Foto: Randi Tri Kurniawan/Rakyat Merdeka).

 Sebelumnya 
Beliau hanya melakukan pendidikan politik kepada rakyat agar rakyat bisa membedakan mana pemimpin yang optimis dan pesimis,” tegasnya. Sementara itu, Cawapres 01 Ma’ruf Amin menilai tidak ada yang berubah dari gaya komunikasi Jokowi. Kata Ma’ruf, pasangannya itu hanya mengklarifikasi tuduhan yang dilayangkan kepadanya selama ini.

Ma’ruf pun mengatakan Jokowi tetap sosok yang santun dan kalem dalam berkomunikasi. “Itu bukan mengkritik, te­tapi mengklarifikasi. Artinya menjernihkan, mungkin istilahnya yang beda,” kata Ma’ruf.

Ketua Majelis Ulama Indonesia ini menegaskan, mengkritik atau menyerang seseorang bukanlah karakter Jokowi. Kata dia, apa yang dilakukan eks gubernur DKI Jakarta itu adalah upaya menangkal hoaks. “Masak Pak Jokowi mengkritik? Itu klarifikasi, meluruskan saja. Itu termasuk bagian dari menangkal hoaks,” kata Ma’ruf.

Baca juga : Soal Baasyir, Jokowi Berubah Pikiran

Sebelumnya, Jokowi merespons satu per satu pernyataan dan tudingan yang sebelumnya dilontarkan kubu lawan. Ia menyindir pihak-pihak yang menebar pesimisme dengan menyebut Indonesia akan bubar dan punah dalam waktu dekat. Jokowi menilai narasi itu hanya menggiring masyarakat pada pesimisme. Jokowi juga menyinggung sejumlah hoaks yang disebarkan oleh kubu oposisi.

Misalnya, hoaks mengenai tujuh kontainer surat suara tercoblos yang sempat dikicaukan oleh Wakil Sekjen Andi Arief di akun Twitter-nya “Masak saya diam terus? Saya disuruh sabar terus? Ya gak dong,” kata Jokowi usai menghadiri Rapat Koordinasi Jenggala Center di Jakarta Selatan, Minggu (3/2).

Pengamat Politik Exposit Strategic Arif Susanto mengingatkan, merubah gaya kampanye tidak bisa dilakukan begitu saja. Menurutnya, model kampanye tersebut belum tentu bisa diterima semua kalangan. Sebagai petahana, Jokowi lebih baik bisa mengembangan citra diri yang lebih baik.

Baca juga : Jokowi Balas Sindir Hoaks Ratna Sarumpaet

“Jokowi tampak bereaksi lebih keras terhadap serangan yang ditujukan kepadanya. Apalagi informasi hoaks yang masif beredar. Ini bisa merugikan dirinya. Dicap kurang baik oleh masyarakat,” ungkapnya. Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, Jokowi kini adalah orang yang berbeda.

“Jokowi menyerang saja sudah merupakan Jokowi yang berbeda dari 2014. He is a different Jokowi,” kata Hendri. Menurutnya, gaya menyerang itu tidak lazim dilakukan petahana. Hendri mengatakan teorinya, petahana hampir selalu melakukan aksi bertahan.

Dia juga akan melakukan klaim-klaim atas perstasinya. Namun, seorang petahana tidak akan menyerang. Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego menegaskan tidak ada larangan bagi kedua paslon untuk memilih strategi menyerang atau bertahan di pemilu. Dinamika politik yang terjadi, tentu akan membuat setiap kandidat menyeseuaikan strategi yang ada.

Baca juga : Jokowi Dorong Pensiunan Abdi Negara Jadi Pengusaha

Menurutnya, permainan menyerang yang dilakukan Jokowi justru bisa saja efektif. Ibarat main bola, kata dia, pertahanan yang baik adalah menyerang. “Paslon 01 merasa akan diserang terus, maka harus digunakan jurus bertahan tapi menyerang,” ujar Indria. [HEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.