Dark/Light Mode

Bicara Genderuwo Politik, Prabowo Jadi Penakut

Minggu, 18 November 2018 06:05 WIB
Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto (Foto: IG @Prabowo Subianto)
Capres nomor urut 02, Prabowo Subianto (Foto: IG @Prabowo Subianto)

RM.id  Rakyat Merdeka - Prabowo Subianto menyinggung istilah genderuwo politik, yang sebelumnya dilontarkan Presiden Jokowi. Dia heran, perjuangan dalam politik kini dianggap sesuatu yang menakutkan. Sebab itu, Prabowo enggan menanggapi lebih jauh soal genderuwo. Khawatir malah tambah ruwet.

Akhir pekan kemarin, Prabowo memulai safari politik di Jawa Barat yang memang lumbung suara bagi Prabowo-Sandi. Pada Pilpres 2014, Prabowo-Hatta bisa menang 59 persen di sana. Untuk merawat konstituennya, Prabowo mulai berkampanye di Jawa Barat. Daerah pertama dikunjungi adalah Garut.

Eks Danjen Kopassus ini menghadiri acara bertajuk “Prabowo Menyapa” yang dihadiri Bupati Garut Rudy Gunawan. Dia juga menghadiri deklarasi Relawan Roemah Djoeang di Kabupaten Garut. Sorenya, Prabowo geser ke Tasikmalaya, berkunjung ke Pesantren Suralaya.

Apa yang disampaikan Prabowo kepada warga? Dia mengawali pidatonya dengan menyapa para hadirin. Bapak-bapak, emak-emak yang hadir di lokasi itu. Menurut Prabowo, sebenarnya tak ada kewajiban bagi mereka untuk datang, karena yang wajib hadir adalah para caleg.

“Tapi sebagian emak-emak, sebagian bapak-bapak, para kyai, para haji, Saudara melangkah ke sini itu berarti Saudara berpolitik," kata Prabowo. Apa arti politik? Prabowo bilang, politik artinya keinginan untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Karena itu, semua kalangan harus melek politik, termasuk kaum ibu.

Baca juga : Ibu Iriana Pantas Jadi Ibu Panutan

Namun, menurutnya, kini politik menjadi sesuatu yang menakutkan. Sehingga ada genderuwo politik, kata Prabowo, yang disambut tawa hadirin.

Sekadar latar, istilah genderuwo politik pertama kali muncul saat diucapkan Presiden Jokowi, pekan lalu. Genderuwo politik adalah istilah untuk politikus yang kerap menebar propaganda dan ketakutan, menakut-nakuti rakyat. Dalam mitos Jawa, genderuwo adalah sejenis siluman. Wujudnya manusia mirip kera, yang bertubuh besar dan kekar, dengan warna kulit hitam kemerahan. Sekujur tubuhnya ditumbuhi rambut lebat. 

Sayang, Prabowo tak melanjutkan komentarnya. Dia khawatir, omongannya bisa menambah heboh karena dikutip awak media. “Saya juga nggak tahu tampangnya (genderuwo politik), jangan dilanjutkan bicaranya. Ada TV di sini, peace, peace," katanya sambil mengacungkan dua jari.

Prabowo kemudian melanjutkan, kehadiran ibu-ibu dalam kampanyenya, merupakan upaya untuk memperbaiki kehidupan. Karena masyarakat merasakan betul sulitnya kehidupan saat ini. Padahal, bisa saja yang hadir dalam saat ini hanya para calon legislatif. “Semua yang datang ke sini pasti karena ada tanggung jawab, karena sadar berpolitik," ucapnya.

Menurut Prabowo, orangtua pun harus ikut berpolitik karena bertanggung jawab atas kehidupan anak. Jika perekonomian negara rusak, sudah pasti akan berdampak pada kehidupan masyarakat. Karena itu, Prabowo menegaskan, dia maju menjadi capres untuk memperbaiki perekonomian bangsa.

Baca juga : Jokowi Sebut Politisi Genderuwo, Itu Prabowo Pak?

Kaum ibu juga begitu. Punya tanggung jawab terhadap negara dan bangsa. Kaum ibu harus diperhatikan karena melahirkan generasi penerus bangsa. Jika kaum ibu tidak sehat dan kuat, generasi penerus bangsa juga pasti tidak sehat dan kuat.

Terpisah, Ketum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie masih senang menggunakan istilah genderuwo dan sontoloyo. Saat menyampaikan sambutan di acara deklarasi Pertiwi Dukung Jokowi, Grace kembali menggunakan istilah genderuwo. Bekas penyiar ini mengatakan, perempuan adalah korban pertama jika golongan tersebut menang.

“Kalau sampai politikus sontoloyo dan genderuwo yang menang, korban pertamanya adalah perempuan dengan adanya diskriminasi,” kata Grace. Dia menyebut, sebetulnya sosok perempuan, apalagi perempuan yang sudah menjadi ibu, lebih tidak peduli terhadap pemilihan presiden.

Namun, ia menyebut ibu-ibu itu tergerak hatinya, setelah mendengar isu harga pangan yang naik. Dia menyebut, pilihan kaum ibu-ibu dengan memilih Jokowi-Maruf sudah tepat. Jokowi sosok yang hadir memikirkan kaum ibu-ibu.

“Tetapi yang menarik, yang terjadi beberapa tahun terakhir, ketika ada seseorang pemimpin yang datang dari kalangan biasa. Dia bukan ningrat, bukan anak ketua partai, dan tidak punya darah biru politik. Tetapi di partai, ia berhasil jadi pemimpin. Dia sukses jadi walikota, gubernur, sampai jadi presiden. Dia menggunakan politik untuk sebuah tujuan yang baik,” ungkap Grace.

Baca juga : Digendong Prabowo, Anak Kecil Menangis

Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Adi Prayitno, menyarankan dua kubu mulai berkampanye yang substantif. Tidak lagi saling sindir dan saling nyinyir.Pasalnya, jika terus ditanggapi, kampanye model begini tak akan kelar-kelar sampai pencoblosan nanti.

“Kedua kubu mulailah bicara program. Adu gagasan. Menjelaskan visi misi masing-masing. Mulailah kampanye yang memuliakan akal dan bermanfaat bagi publik, kata Adi. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.