Dark/Light Mode

Kematangan Kader, Kunci Keberhasilan Golkar di Pilkada 2020

Sabtu, 12 Desember 2020 12:27 WIB
Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Dr. Firman Noor (Foto: Istimewa)
Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Dr. Firman Noor (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Firman menilai, perangkat tersebut penting untuk memastikan bahwa hal-hal terkait dengan kepentingan pemenangan, bisa terkontrol dan terorganisir dengan baik. Serta membuat pencapaian-pencapaian yang jelas.

Tanpa ada target-target dan pencapaian yang jelas, segalanya akan menjadi serba tidak pasti. Sehingga, langkah-langkahnya pun menjadi tidak jelas dan tidak efektif.

"Saya kira eksistensi lembaga itu di Golkar turut membantu membuat target realistis, dan membantu untuk melaksanakan target. Serta memastikan semua itu sesuai dengan jalur yang sudah ada. Saya kira, itu sangat baik,” ujar Firman.

Baca juga : Pegadaian Raih Penghargaan Marketer of The Year 2020

Dalam Pilkada kali ini, Firman melihat Golkar sebagai sebuah partai besar tertantang untuk membuktikan kebesarannya.

“Saya kira, partai ini juga banyak belajar apa yang sudah terjadi pada masa-masa sebelumnya. Wajar, jika mereka ingin mengembalikan situasi, dan membuktikan kebesaran itu dengan memenangkan kontestasi ini. Saya kira, kepemimpinan Airlangga Hartarto telah memenuhi harapan anggota Golkar secara umum,” kata Firman.

Soal pilihan koalisi Golkar, Firman menilai hal itu sangat cair di gelaran Pilkada 2020. Menurutnya, pertarungan tersebut tak terkait ideologis. Lebih ke programatik. Sesuai konteks di masing-masing wilayah,.yang tentu saja berbeda-beda. Tidak bisa disamakan.

Baca juga : Syaikhu Instruksikan Kader PKS Kawal Suara Pilkada 2020 Hingga Akhir

Ia pun menyoroti kemenangan Golkar sebagai partai pengusung tunggal pasangan Benjamin Davnie dan Pilar Saga Ichsan di Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel) yang menurutnya fenomenal.

“Bagi saya ini spektakuler. Karena ternyata bisa mematahkan mitos ketokohan, yang ternyata bagi masyarakat itu tidak berarti banyak. Masyarakat Tangsel cukup kritis dan tidak bisa menerima begitu saja dinasti politik,” papar peneliti LIPI termuda ini.

Firman juga melihat fenomena keterpecahan dari partai oposisi di Tangsel, sebagai faktor yang menyebabkan suara pemilih tidak solid melawan incumbent. “Golkar mesinnya berjalan dengan baik di Tangsel. Ditambah lagi, mereka punya  jaringan-jaringan non partai yang mampu bekerja sama dengan. Itulah yang membuat mereka mampu menang," pungkas Firman. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.