Dark/Light Mode

Partainya Cak Imin Tergusur

PDIP Dominasi DPRD Jatim, Partai Ka’bah Terjun Bebas

Minggu, 12 Mei 2019 06:35 WIB
Hendrawan Supratikno (Foto IST)
Hendrawan Supratikno (Foto IST)

RM.id  Rakyat Merdeka - PDI Perjuangan tengah girang. Di luar dugaan, partai banteng ini mampu merebut kursi DPRD Jawa Timur (Jatim) dan menggusur dominasi PKB. Ini adalah prestasi pertama kalinya dalam sejarah PDIP di era reformasi.

Klaim kemenangan untuk tingkat DPRD Jatim ini disampaikan langsung politisi senior PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin. Hendrawan mengatakan, berdasarkan hasil hitung internal, untuk pertama kalinya jumlah kursi PDIP mampu menggusur dominasi PKB untuk tingkat DPRD Jatim.

Padahal, sejak era reformasi, suara partai banteng selalu kalah di kandang Nahdlatul Ulama (NU) itu. “Jumlah kursi (PDIP) DPRD Provinsi Jatim melebihi PKB. Ini pertama kali pada era refomasi,”ujarnya. Hendrawan tidak mau menyebut berapa total kursi diraih partainya untuk tingkat DPRD Jatim. Hanya saja, dia menegaskan, PDI Perjuangan tetap akan menghormati pengumuman resmi KPU.

“Kita lihat saja nanti. Dugaan kami tidak akan berubah banyak,” tegasnya.

Baca juga : Partisipasi Pemilih Milenial Terancam Terjun Bebas

Ketua DPP PDIP Bidang Pemenangan Pemilu (Bappilu), Bambang DH juga menyampaikan hal sama. PDIP akan menjadi partai pemenang di Pemilu Jatim 2019.

Hasil real count internal, Bambang mengatakan, PDIP setidaknya berhasil mengamankan 27 kursi dari total kuota 120 kursi DPRD Jatim. Angka itu meningkat dari perolehan Pemilu 2014, ketika PDIP hanya bisa memperoleh 19 kursi dari kuota 100 kursi. Saat itu, PDIP kalah dari PKB yang berhasil meraih 20 kursi.

“Kita bangga di Jatim. Karena selama ini kita kalah dengan partai lain. Kali ini, di Pemilu 2019, PDIP menjadi pemenang di Jatim,” ucapnya.

Meningkatnya perolehan kursi baik DPR maupun DPRD Jatim , menurut Bambang, adalah bukti soliditas kader dan mesin partai yang kuat. “Saya pikir ini hasil kerja keras teman-teman dan bukan hanya dari efek ekor jas (coat tail effect) Pilpres. Kalau coat tail effect itu biasanya diidentifikasi dengan lompatan perolehan yang relatif tinggi. Ini naik tapi tidak terlalu jauh juga kan secara nasional,” tegasnya.

Baca juga : Bicara Masih Hangat, Tangan Masih Berjabat

PPP Terjun Bebas

Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam menilai, PDIP unggul di Pemilu 2019 khususnya di kota-kota besar itu merupakan bukti bahwa pemilih kaum urban makin rasional dan melihat hasil kerja parpol berlambang banteng moncong putih itu. “Pemilih kaum urban makin rasional dan lebih banyak mendasarkan pada bukti kerja. Sementara isu-isu yang ada sudah dianggap zaman dahulu,” jelas Surokim. Bahkan, lanjut Surokim, caleg-caleg PDI Perjuangan sendiri juga relatif memiliki kedekatan dengan kekuatan Islam, khususnya di Jatim. Bahkan, kata dia, hampir selalu linier kolaboratif, sehingga isu-isu itu relatif hanya bisa masuk di area rural (kawasan perdesaan) dan tidak kuat di pemilih urban.

Berbeda dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Efek dari mantan ketua umum PPP Romahurmuziy tertangkap Komisi Pemilihan Umum (KPK) beberapa waktu lalu, membuat partai ka’bah ini terjun bebas, padahal caleg- calegnya sudah bekerja keras. “Lucunya penurunan itu malah tidak lari ke PKB,” ujarnya.

Menurut Surokim, di kalangan urban isu-isunya lebih pada hasil kerja, kedekatan, dan manfaat bagi konstituen. Pemilih urban relatif moderat sehingga bisa memilah isu-isu agama dengan politik.

Baca juga : Calon Menteri Yang Diburu Jokowi: Umur 20-30 Tahun Parasnya Cantik

Surokim menilai, ke depan tantangan partai-partai berbasis agama kian berat di kalangan urban. Apalagi, tokoh-tokoh agama juga digaet masuk dan tersebar di partai-partai nasionalis. Hanya saja, PKS yang relatif stabil di kalangan urban karena strategi door to door yang kuat sehingga “proximity” politiknya masih bisa diandalkan. “Politik memang soal momentum. Pemilu 2019 ini momentum PDI Perjuangan diuntungkan dalam banyak aspek,” sebutnya. 

Dalam pemilu serentak kali ini, Surokim melihat, kekuatan caleg kian meneguhkan bahwa rekrutmen politik caleg harus benar-benar selektif dan yang potensial jadi petarung elektoral. “Caleg pekerja keras dan bermental petarung akan jadi barang mahal di pemilu men- datang. Transfer device mulai pudar, pesona tokoh sebagai patron kian berkurang dan lebih banyak mendasarkan pada hasil kerja keras caleg mandiri untuk merebut suara di dapil,” tutupnya.[SSL/EDY]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.