Dark/Light Mode

Gerakan Nasional “Bersih-bersih”

Kamis, 2 Maret 2023 05:46 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Gelombang “bersih-bersih” mestinya menjadi gerakan nasional. Setelah Ditjen Pajak, sekarang angin mengarah ke Bea Cukai

Setelah heboh Rafael Alun Trisambodo (pajak), muncul lagi pejabat Bea Cukai yang. Rakyat Merdeka di halaman depan, Rabu (1/3) kemarin menurunkan laporan berjudul “Di Ditjen Pajak Pamer Moge, Di Bea Cukai Pamer Pesawat”.

Gelombang ini bisa menjadi harapan baru bagi pemerintahan bersih yang selama ini seolah menjadi slogan saja. Dengan catatan, ada tindak lanjut yang serius. Bukan hanya di Kemenkeu, tapi di semua kementerian dan lembaga.

Kalau cuma viral sesaat, seperti biasa, dampaknya hanya sebentar. Itu pun hanya menyentuh beberapa lembaga dan segelintir orang. 

Baca juga : Segera Banjiri Pasar Beras

Kasus-kasus ini membuka kotak pandora. Bayangkan, kalau tidak ada heboh Rafael Alun, ribuan pejabat dan pegawai Kementerian Keuangan yang belum menyetor Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) ke KPK, tidak terekspos. Ini baru Kemenkeu. Belum kementerian dan lembaga lain.

Bahkan, kalaupun dilaporkan, dikhawatirkan kurang transparan dan kurang akurat. Penelusurannya pun tidak optimal. 

Seperti kasus Rafael Alun. Kecurigaan itu sudah dilaporkan PPATK ke KPK sejak 2012. Tapi tidak ada hasilnya. Sampai akhirnya terbuka secara kebetulan setelah kasus yang menimpa anaknya, Mario.
Kalau pun di LHKPN tersebut ada yang janggal dan bermasalah, itu juga hanya dikenai sanksi administrasi. Tidak ada pidana. Jadi, sangat lemah.

Karena itu, ada yang menyebut LHKPN sekadar syarat belaka. Sehingga, perlu gebrakan untuk memberdayakan LHKPN supaya tidak sekadar basa-basi. 

Baca juga : Relawan GMC Lubuklinggau Galakkan Aksi Bersih-Bersih Kampung

Kalau semua itu tidak diseriusi dan ditindaklanjuti, tidak heran kalau siklus seperti kasus Gayus, Rafael Alun dan sebagainya, akan terus berulang. 

Apa kurang heboh dan menggemparkannya kasus pegawai pajak Gayus Tambunan? Toh, tak memberi efek jera yang optimal. Bayangkan, kasus Gayus merebak 2011, setahun kemudian, 2012, Rafael dicurigai PPATK.  

Karena itu, perbaikan yang basa-basi, apalagi kalau ada “pembiaran”, akan memunculkan rasa aman dan nyaman, “oh tidak ada apa-apa. Aman terkendali”.

Perbaikan yang “panas-panas tai ayam”, akan melahirkan kewajaran, business as usual, sampai muncul kasus viral berikutnya. Heboh lagi. Reaktif lagi. Begitu saja terus. 

Baca juga : Seminar Nasional Peringati 74 Tahun Front Palupuh

Tidak adanya upaya-upaya luar biasa untuk menghentikan dan memperbaikinya, disertai minimnya keteladanan, membuat yang kecil menjadi besar, yang tidak wajar menjadi wajar, yang salah menjadi benar, korupsi pun dianggap rezeki.

Karena itulah, pemerintah perlu mencetuskan semacam “gerakan nasional bersih-bersih” yang meluas dan total. Tegas, konkret dan berkesinambungan. Bukan sekadar menyapu sekali-dua kali, lalu debunya disembunyikan di bawah karpet. Bukan sekadar “kita ambil hikmahnya”.

Sigap mencopot pejabat bermasalah, membubarkan klub moge pejabat pajak, kerjasama yang intens dengan KPK, memberdayakan LHKPN, merupakan langkah-langkah yang baik. 

Tapi, itu saja belum cukup. Perlu gebrakan-gebrakan luar biasa. Bukan sekadar kosmetik yang cantiknya sekejap, lalu segera luntur dan pudar.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.