Dark/Light Mode

Bandwagon Effect 2024

Minggu, 30 Juli 2023 05:46 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Apakah masyarakat kita sudah dihinggapi “bandwagon effect”?

Efek “ikut-ikutan” ini bisa positif, bisa juga negatif. Hasil-hasil survei misalnya, survei apa saja, bisa menjadi bandwagon effect.

Baca juga : Isu Capres Dan "Judi Politik"

Ketika ada satu produk yang diserbu pembeli misalnya, secara psikologis, orang lain juga ingin ikut serta. Ingin menjadi bagian dari tren produk yang diserbu itu.

Ada istilah baru yang dikenal di media sosial sekarang: FOMO. Fear of Missing Out. Takut ketinggalam momen atau tren. Khawatir tidak menjadi bagian dari mode terbaru. Ada perasaan diterima.

Baca juga : KPK, Antara Telur Dan Ayam

Dalam politik juga demikian. Para konsultan politik sangat tahu itu. Survei-survei yang bagus dan positif misalnya, bisa memberi bandwagon effect terhadap pemilih. “Memaksa” orang untuk percaya dan ikut bergabung atau ikut memilihnya.

Memang, otak manusia dirancang untuk menggunakan “jalan pintas”. Lebih efisien. Misalnya, jika banyak orang yang mengikuti tren, otak akan berasumsi bahwa itu adalah keputusan yang tepat. Lebih hemat waktu.

Baca juga : Senyum Manis Membawa Luka

Padahal, tren atau pilihan itu belum tentu benar. Bisa jadi hanya karena kecanggihan marketing. Atau, karena iklan atau hoaks yang diulang-ulang dan massif sehingga terdengar sebagai “kebenaran”.

Dalam politik, memilih parpol tertentu, bisa juga karena efek “ikut-ikutan”. Atau, karena iklannya bagus dan banyak. Atau, karena ada artis atau orang top dan berpengaruh yang ikut.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.