Dark/Light Mode

Isu Capres Dan "Judi Politik"

Minggu, 23 Juli 2023 05:59 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Seorang caleg mengeluh, “kemana-mana, kita selalu ditanya soal capres. Mereka tidak menanyakan program atau siapa kita, tapi nanyanya selalu copras-capres”.

Itulah “nasib” bangsa yang terlalu fokus ke isu-isu pencapresan. Akibatnya, bangsa ini berpotensi tidak bisa menghasilkan anggota legislatif atau wakil rakyat yang hebat.

Menurunnya kualitas wakil rakyat menyebabkan pincangnya pilar penyangga negara. Perilaku korup, mempermainkan anggaran negara, serta melemahnya pengawasan terhadap eksekutif, hanya menyebut beberapa sisi gelap tersebut.

Fokus yang terlalu besar ke isu pencapresan, juga membuat bangsa ini melupakan kasus-kasus lain. Termasuk kasus-kasus mega-korupsi triliunan yang sekarang sedang heboh.

Baca juga : KPK, Antara Telur Dan Ayam

Para koruptor tentu senang dengan kondisi ini karena bisa “bebas bermain”. Kalau pun ada kasus-kasus besar korupsi, paling lama bertahan hanya dua-tiga minggu. Setelah itu hilang. Atau kembali lagi ke isu capres-capresan.

Militansi terhadap isu pencapresan membuat rakyat juga mudah teradu domba. Pengapnya atmosfer politik ini bisa dimanfaatkan pihak mana pun. Mereka bisa “memancing di air keruh”. Mancing apa saja. Ekonomi, bisnis, sosial, politik atau keamanan.

Pemilu serentak memang membuat perhatian itu terfokus ke isu pencapresan. Ditambah lagi antipati terhadap para wakil rakyat, sehingga isu caleg kian terpinggirkan. Citra DPR yang sampai sekarang masih sangat payah, juga ikut menggerogoti.

Awal Juli 2023 ini misalnya, viral nama-nama gedung DPR di Google Maps yang sudah diubah. Namanya menjadi “Perkumpulan tikus berdasi”, “Peternakan tikus” serta “Gedung korupsi”.

Baca juga : Senyum Manis Membawa Luka

Ekspresi kekecewaan ini bisa terus berkembang kalau Pemilu 2024 tidak menghasilkan wakil rakyat yang mumpuni dan berintegritas.

Yang disayangkan, ekspresi kekecewaan ini sudah berkembang sejak lama. Seolah tak ada perubahan berarti. Penyanyi Iwan Fals misalnya, tahun 1997, menjelang Pemilu 1998, merilis lagu “Surat Buat Wakil Rakyat”.

“Saudara dipilih bukan dilotre… Meski kami tak kenal siapa saudara… Kami tak sudi memilih para juara… Juara diam, juara he’eh, juara ha ha ha...,” begitu liriknya.

Sekarang, di tahun 2023, menjelang Pemilu 2024, kondisi ini terasa masih relevan. Kamis (20/7) lalu misalnya, seorang anggota DPRD DKI Jakarta terciduk sedang main game saat rapat paripurna. “Bukan game judi online,” katanya.

Baca juga : ”Anti Politik Uang”, Basa-basi?

Karena itulah, fokus terhadap capres dan caleg perlu diseimbangkan. Jangan sampai pincang. Perlu “distraksi” politik. Bangsa ini butuh wakil rakyat yang nyambung dengan rakyat. Bukan hanya nyambung dengan penguasa.

Jangan “berjudi” untuk wakil rakyat serta para pemimpin. Ini bukan sekadar bermain game. Dampaknya panjang. Sangat berisiko.

Artikel ini tayang di Rakyat Merdeka Cetak edisi Minggu, 23 Juli 2023 dengan judul Isu Capres Dan "Judi Politik"

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.