Dark/Light Mode

Gagasan Di Nomor 10?

Minggu, 19 November 2023 04:20 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemilu 2024 harus mengutamakan pertarungan ide dan gagasan.” Begitu harapannya idealnya.

Di lapangan, masyarakat justru masih dipengaruhi drama, pencitraan dan gimmick. Tidak sedikit pula yang menunggu “serangan fajar”.

Baca juga : Menunggu “Sapu Besar Dan Bersih”

Para capres/cawapres atau wakil rakyat yang mengincar kemenangan, “terpaksa” mengikuti arus itu. Maka lahirlah gimmick yang mengutamakan kemasan, citra serta tampilan yang bisa “mengelabui” para pemilih.

Dari sini muncul drama di panggung depan dan belakang. Pemerannya para aktor politik. Penampilan, intonasi dan gaya bicara, cara berpakaian, gaya senyum, bahkan kemiringan peci, semuanya harus necis.

Baca juga : Akar Rumput Dan “Diabetes Politik”

Para konsultan, yang sudah menjadi semacam industri politik, mengemasnya dengan segala macam cara. Di dunia nyata maupun di dunia maya. Masyarakat yang cenderung melodramatik terbius menikmatinya.

Budaya politik seperti inilah yang akan menentukan para wakil rakyat atau figur pemimpin yang akan diperoleh masyarakat.

Baca juga : Mengingat Asa 4 Tahun Lalu

Lalu bagaimana dengan adu ide dan gagasan? Tersingkirkan. Cenderung jadi sekadar pemanis dan syarat drama demokrasi.

Visi dan misi hanya menjadi catatan indah di atas kertas yang tak dilirik. Masyarakat melodrama tak membutuhkan itu. Tak salah kalau beberapa tahun lalu muncul istilah “selain visi, misi, yang paling penting adalah “gizi”, (uang).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.