Dark/Light Mode

Masalah Beras Tak Beres-beres

Senin, 19 Februari 2024 00:09 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Sudah lebih dari satu tahun, masalah harga beras tak beres-beres. Berbagai langkah sudah dilakukan pemerintah, tapi harga beras tak kunjung turun. Impor sudah, pasar murah sudah, bansos sudah, tetap saja harga beras masih tinggi. Parahnya lagi, di ritel-ritel modern, beras sudah “menghilang”.

Awal masalah beras ini muncul di akhir 2022, tepat setelah masalah minyak goreng. Sejak saat itu, harga beras terus merangkak naik. Kenaikan ini tidak hanya terjadi di hari-hari besar keagamaan atau perayaan tertentu. Kenaikan juga tidak hanya terjadi di musim kemarau atau paceklik saja. Kenaikan terjadi kapan saja, tak kenal waktu. Parahnya lagi, setelah naik, harga beras itu sangat susah untuk turun.

Baca juga : Hasto Mulai Bicara 10 Tahun Oposisi

Untuk mengatasi masalah ini, Pemerintah telah mengerahkan banyak energi dan juga biaya. Untuk impor, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, tahun 2023 kita mendatangkan beras dari luar negeri sebanyak 3,06 juta ton. Ini adalah angka impor tertinggi dalam 5 tahun terakhir.

Dalam menekan harga beras, pemerintah juga banyak menyalurkan bansos beras. Sepanjang 2023, total anggaran untuk bansos beras sebanyak Rp 18,57 triliun. Belum lagi dengan operasi pasar dan pasar murah yang dilakukan BUMN dan Pemerintah Daerah.

Baca juga : Urus Beras, Istana Gercep

Sayangnya, semua ini belum membuahkan hasil optimal. Harga beras sangat sulit untuk dijinakkan. Baik beras medium maupun beras premium, harganya terus melambung. Harga beras medium saat ini sudah mencapai Rp 13.500-Rp 14.000 per kilogram. Sedangkan harga beras premium sudah mencapai Rp 17.000 ribu per kilogram. Harga ini jauh melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemerintah. HET untuk beras medium sebesar Rp 11.800, sedangkan HET beras premium Rp 14.800.

Kondisi ini jelas tidak boleh dibiarkan lebih lama lagi. Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, Badan Pangan Nasional, dan Bulog harus benar-benar kompak dalam mengatasinya. Jangan lagi ada ego-egoan. Jangan lagi “perang” data-data yang berbeda. Yang harus dilakukan adalah memotret kondisi sebenarnya yang terjadi di masyarakat, lalu kerjakan solusi terbaik yang sudah disepakati.

Baca juga : Urusan Beras Belum Beres

Kalau pasokan beras di gudang-gudang Bulog dan pasar induk masih tersedia, segera salurkan. Agar beras di pasaran tidak langka lagi. Kalau ada mafia yang mempermainkan pasokan dan harga beras, segera libas. Beras-beras yang ditimbun mereka, segera disita. Kemudian, pelakunya diseret ke penjara.

Publik berharap, masalah beras ini bisa segera beres. Apalagi, kurang dari sebulan lagi kita akan memasuki Ramadan. Kelangkaan dan mahalnya harga beras bisa merusak momen umat untuk khusuk menjalankan ibadah puasa. Kelangkaan dan mahalnya beras juga bisa membuat inflasi melonjak, sehingga membuat pertumbuhan ekonomi terganggu.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.