Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Di era Orde Baru, ada buku yang sangat terkenal. Judulnya “Mati Ketawa Cara Rusia”. Buku itu sebenarnya “menyindir” rezim Orba. Di kampus-kampus, buku itu sering dibaca. Bahkan dijadikan materi perkuliahan. Rusia, sepertinya “kagak ada matinye”.
Sekarang, ada istilah “baru”: propaganda Rusia. Istilah ini disampaikan Capres nomor 01 Jokowi di Surabaya, kemarin. Perpolitikan di Indonesia, kata Jokowi, dipenuhi banyak fitnah dan kabar bohong alias hoax. Jokowi mengatakan seharusnya perpolitikan di Indonesia memberikan edukasi dengan penuh sopan santun.
“Problemnya, ada tim sukses yang menyiapkan propaganda Rusia! Yang setiap saat mengeluarkan semburan-semburan dusta, semburan hoax, ini yang segera harus diluruskan Bapak-Ibu sebagai intelektual,” kata Jokowi dalam deklarasi Forum Alumni Jawa Timur di Tugu Pahlawan, Kota Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (2/2), kemarin.
Kita sangat memahami keresahan Jokowi. Karena, atmosfer di dunia nyata maupun dunia maya, sudah sumpek oleh hoax dan sejenisnya. Kita khawatir, ini akan berlanjut terus, bahkan setelah pemilu. Berbahaya dan tidak produktif.
Propaganda (ala) Rusia sebenarnya bukan hal baru. Cikal bakalnya: disinformasi, atau informasi palsu yang sengaja disebarluaskan untuk mengelabui publik. Istilah disinformasi adalah terjemahan pinjaman dari istilah Rusia, dezinformatsiya.
Ini merupakan salah satu instansi di Rusia, dulu. Tahun 1923. Namanya, “Kantor Disinformasi Khusus”. Pemimpin Rusia, Joseph Stalin menciptakan istilah itu, yang kedengarannya seperti bahasa Prancis.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.