Dark/Light Mode

Propaganda

Minggu, 3 Februari 2019 07:18 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

 Sebelumnya 
Tujuannya, untuk menciptakan keyakinan bahwa itu berasal dari Barat. Joseph Stalin hilang, muncul Joseph Goebbels. Menteri Penerangan dan Propaganda NAZI ini dikenal sebagai bapak propaganda modern. Cara kerja metode Goebbels cukup sederhana.

Sebarluaskan informasi bohong sebanyak-banyaknya, secepat dan sesering mungkin, sampai akhirnya kebohongan itu dianggap sebagai kebenaran. “Kebohongan yang disebarluaskan terus-menerus dan sistematis akan berubah menjadi (seolah-olah) kenyataan,” kata Goebbels.

Baca juga : Dua Sikap

Generasi datang silih berganti, politik berkembang terus. Sekarang ada istilah sejenis: Firehose of falsehood. Jenisnya sama saja dengan disinformasi atau propaganda. Cuma ini lebih canggih. Strategi ini disebut-sebut ikut memenangkan Donald Trump dalam pemilu AS.

Bolsonaro di Brazil, kabarnya juga menggunakan pola ini saat memenangi pemilu, tahun lalu. Apa pun istilahnya, Indonesia sebaiknya tak perlu mengembangkan strategi ini. Di pilkada, pemilu legislatif atau di pilpres, di kubu mana pun, semestinya bisa menjaga Indonesia dari serangan yang bisa merusak bangsa.

Baca juga : Oh, Venezuela

Karena itu, kita memahami keprihatian dan kekhawatiran Jokowi. Lebih baik “mati ketawa cara Rusia” daripada propaganda cara Rusia. Rakyat butuh ketawa, hiburan, bukan kebohongan dan kepalsuan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.