Dark/Light Mode

Corona, Ada Temuan Baru?

Kamis, 2 April 2020 02:53 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Selama “Di Rumah Saja”, kenapa tidak ada program tivi nasional yang bisa menghibur anak-anak? Kenapa tidak ada aplikasi yang bisa menjadi “dokter online” atau “pijat online” yang bisa mengurangi psikosomatis? Kenapa tidak ada aplikasi game yang bisa memaksa para remaja diam di rumah? Kenapa tidak ada “sesuatu” yang bisa menyatukan keluarga, selagi ada kesempatan berkumpul bersama dalam waktu lama?

Ini pertanyaan menarik. Karena, sejak ada imbauan Stay at Home, Work from Home atau belajar dari rumah, rumah menjadi pusat kegiatan. Mestinya ada sesuatu yang bisa membuat Stay at Home bukan sekadar makan tidur-makan tidur.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif misalnya, bisa menggerakkan para kreator atau pelaku ekonomi kreatif untuk membuat game atau aplikasi baru dalam sebentuk apa pun sehingga anak-anak muda yang sulit diam di rumah bisa terpaku di rumah.

Baca juga : Ketika Corona Berlalu…

Kebiasaan cuci tangan yang sekarang menjadi “budaya baru” masyarakat dunia, juga bisa dieksplorasi. Di beberapa negara, sejak Corona, sudah ada yang memikirkan untuk membuat hand sanitizer online lewat smartphone.

Apakah ini akan berhasil? Rasa-rasanya tidak akan terlalu lama. Karena, sekarang, teknologi kesehatan lewat smartphone sudah berkembang sangat pesat. Untuk mengukur tensi atau gula darah misalnya, banyak sekali aplikasinya. Cukup tempelkan jari, langsung ketahuan.

Di beberapa negara, keberhasilan mereka menghadang penyebaran Corona, antara lain dilakukan melalui teknologi handphone. Kemana mereka pergi, dengan siapa mereka berinteraksi, bisa diketahui. Ini teknologi.

Baca juga : Berkejaran Dengan Waktu

Indonesia masih butuh dorongan kuat untuk inovasi-inovasi tersebut. Karena, yang bukan inovasi pun, seperti pakaian APD (Alat Pelindung Diri) yang sempat diributkan karena sangat kurang dan harus menunggu impor, ternyata bisa diproduksi di perusahaan konveksi rumahan. Tak perlu ribut-ribut impor. Demikian pula masker. Sebenarnya sangat sederhana. Kita bisa.

Banyak inovasi dan temuan yang memang lahir saat krisis. Saat krisis ekonomi 2008, lahir Bitcoin yang menjadi mata uang alternatif. Pada 2002 ketika dilanda virus SARS, China “melahirkan” Alibaba. Perusahaan e-commerce ini memanfaatkan perubahan gaya belanja konsumen di China yang khawatir akibat meluasnya SARS.

Di saat atau setelah Corona, apakah di Indonesia akan melahirkan inovasi baru, aplikasi baru, teknologi baru, enterpreneur baru atau terobosan baru?

Baca juga : Lawan Corona, Mulai Dari 0

Mestinya bisa. Kalau tidak, seperti sindiran di status facebook seorang teman: Dulu, kita membayangkan, tahun 2020 mobil sudah bisa terbang. Teknologi sangat canggih. Ternyata salah. Karena, di tahun 2020 kita baru diajarkan bagaimana mencuci tangan yang benar.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.