Dark/Light Mode

17 Agustus, Ingat Rudi Salam

Minggu, 16 Agustus 2020 05:52 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Besok 17 Agustus, teringat Rudi Salam. Dia bukan bintang film senior kakak Roy Marten yang terkenal itu. Namanya kebetulan sama. Dia “hanya” seorang mahasiswa yang ingin menjadi bintang keluarga. Bukan bintang film.

Di bulan Mei lalu, Rudi mendapat tugas dari dosennya. Dia kuliah di salah satu universitas di Makassar, Sulawesi Selatan. Karena Covid-19, kampusnya menggelar kuliah online.

Karena di rumahnya, di Sinjai, susah sinyal, dia keluar rumah. Cari sinyal demi mengejar kuliah online. Dia kemudian naik ke menara masjid yang aksesnya dinilai lebih mudah.

Baca juga : Makin Banyak Aja Yang Daftar, Apa Pengangguran Bertambah?

Rupanya itu pencarian sinyalnya yang terakhir. Sebelum mendapatkan sinyal, dia menginjak balok dan atap yang mulai rapuh. Dia terjatuh. Rudi kemudian mengembuskan napas terakhir, Rabu (6/5/2020) sebelum mendapatkan sinyal.

Kisah Rudi Salam adalah tragedi menjelang HUT kemerdekaan yang ke-75, besok. Di berbagai pelosok tanah air, masih banyak “rudi-rudi” lain dengan problem serupa.

Ini konkret. Nyata di tengah-tengah kita. Bahkan di wilayah yang tidak jauh dari Jakarta. Bahkan di Jakarta sendiri pun, ada orang tua yang menggadaikan Kartu Jakarta Pintar (KJP) untuk membeli gawai. Ada anak yang mengamen sekadar untuk beli pulsa. Ada bapak yang mencuri laptop untuk kebutuhan belajar anaknya.

Baca juga : Kita Bukan Keledai!

Boleh-boleh saja punya cita-cita “melangit”, misalnya menjadikan pendidikan Indonesia setara Finlandia atau Korea Selatan. Boleh. Tapi juga jangan tinggalkan yang “membumi”. Misalnya, pemerataan teknologi, jaringan dan akses.

Korea Selatan misalnya, yang pendidikannya dinilai sebagai salah satu yang terbaik di dunia, mengandalkan jaringan internet berkecepatan tinggi yang merata untuk pendidikannya. Indonesia dan Korea sama-sama merdeka bulan Agustus 1945. Korea tanggal 15, kita tanggal 17. Cuma beda dua hari.

Bagaimana Indonesia sekarang? Jangankan jaringan berkecepatan tinggi, tidak sedikit yang harus naik ke atap, naik pohon, naik gunung, atau naik kemana lagi, sekadar untuk mencari sinyal. Jangankan sinyal, gawai pun tak punya.

Baca juga : Kemana KPK?

Ketika merayakan kemerdekaan yang ke-75 besok, terbayang “rudi-rudi” kecil di seluruh pelosok tanah air. Anak-anak yang terus berjuang dan disemangati dengan petuah “gantungkan cita-citamu setinggi langit”.

Sembari menatap ke Finlandia, perlu juga melihat ke Binjai dan seluruh pelosok tanah air. Sembari bicara dana ratusan triliun, perlu juga memikirkan sinyal, pulsa limapuluh ribuan atau sekadar hape bekas.

Malu kita bicara subsidi sampai ratusan triliun rupiah ke lembaga ini lembaga itu sementara anak bangsa harus naik gunung, naik menara masjid, susah dapat sinyal, pulsa dan handphone sekadar untuk belajar online. Malu.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.