Dark/Light Mode

Tontonan Dan Tuntunan Demokrasi

Minggu, 7 Maret 2021 06:16 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Apakah gonjang-ganjing parpol seperti yang terjadi sekarang tak pernah terjadi sebelumnya? Pernah. Sebut dua contoh saja. Di era Orde Baru, ada kasus PDI. Di era SBY, juga ada: kasus PKB. Dua kasus itu punya kekhasan masing-masing.

Apakah jalan seperti itu yang akan terus dilalui bangsa ini dalam berdemokrasi dan berpolitik yang sehat? Tentu tidak. Apakah “balas dendam sejarah” akan terus terulang di negeri ini?

Baca juga : Jangan Jadi “Killing Field”

Tentu tidak kita harapkan. Karena, kalau model dan pola seperti ini terus terjadi, bangsa ini akan terus gaduh. Mundur dan tak pernah dewasa. Sampai kapan pun.

Padahal, di dunia pendidikan saja, mata rantai perploncoan yang terus berulang setiap tahun, sudah dihapus. Apakah dunia politik yang dipenuhi orang-orang pintar, “mata rantai” ini akan terus dipertahankan? Mestinya tidak.

Baca juga : Korupsi Dan Sistem Yang Kian “Wajar”

Kita lihat, tahun 1996, PDI bergolak. Sembilan tahun kemudian, 2005, giliran PKB Gus Dur dan Muhaimin yang gonjang-ganjing. Sekarang, prahara menimpa Partai Demokrat.

Tentu banyak pendapat dan sudut pandang mengenai kondisi memprihatinkan ini. Kita ambil dua perumpamaan dari sudut pandang berbeda. Biar imbang.

Baca juga : Korupsi Yang Terus Berjaya

Pertama, seseorang punya rumah, sertifikat dan surat-suratnya lengkap. Resmi. Tiba-tiba rumah tersebut diambil dan diaku orang. Sertifikat kemudian diatas namakan orang yang mengambil. Bagaimana?

Kedua, ini dari kelompok lainnya. Misalnya, rumah tangga kita bermasalah, ada orang lain masuk. Siapa yang salah? Disarankan introspeksi, karena pasti ada masalah dan kelemahan dalam internal rumah tangga tersebut.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.