Dark/Light Mode

Mencari Pemburu Rente

Selasa, 30 Maret 2021 06:21 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

 Sebelumnya 
Pemburu rente bukanlah barang baru. Di era Soekarno, ada “Program Benteng” yang diluncurkan tahun 1950. Program ini dilandasi keinginan untuk membesarkan pengusaha pribumi “non Tionghoa”. Pengusaha pribumi diberi keistimewaan mengimpor. Harapannya, lahir pengusaha pribumi yang kuat dan kokoh.

Program ini kemudian dianggap gagal antara lain karena ada kolusi. Izin impor yang dipegang pengusaha pribumi, ujung-ujungnya “dijual” ke pengusaha Tionghoa yang memang sudah sangat berpengalaman.

Baca juga : Siapakah 'Dewa-dewa'?

Di situlah lahir istilah Ali-Baba. Ali (pribumi) di depan, dan Baba (pengusaha Tionghoa) di belakang. Ali yang punya lisensi, Baba yang menjalankan. Ibaratnya, Ali cuma rebahan, tapi duit tetap mengalir. Program Benteng kemudian dihentikan tahun 1957.

Meski distop, benihnya telah berkembang dan tumbuh subur sampai Orde Baru. Jejaknya sangat panjang dan jauh. Pemburu rente tak pernah mati. Selalu mencari cantelan politik. Kapan pun. Di mana pun.

Baca juga : Setelah Heboh Beras, Lalu Apa?

Di sinilah diperlukan komitmen luar biasa serta tekad kuat dari para pembuat kebijakan. Pemerintah dan DPR. Bukan hanya sekadar berteriak “demi rakyat” tapi kemudian merugikan rakyat. Perlu langkah-langkah mendasar dan berkelanjutan. Tegas dan kuat.

Untuk kedaulatan pangan misalnya, perlu komitmen dan gerakan yang luar biasa dan masif di seluruh Indonesia. Jangan sampai cangkul saja masih diimpor. Padahal, beberapa abad silam bangsa ini sudah punya para empu, master pembuat keris yang hebat-hebat.

Baca juga : Catur Politik Dan Survei Capres

Saatnya para pemimpin dan Birokrasi tidak tergoda, saatnya menyetop laju para pemburu rente. Kalau tidak, puluhan tahun lagi bangsa ini dikuasai para pemburu rente. Mereka bisa mengatur segalanya, masuk ke lini-lini politik dan regulator dengan wajah yang tetap tak terlihat.

Dan satu yang terlihat jelas: rakyat dirugikan. Bangsa ini sulit berdaulat.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.