Dark/Light Mode

Komunis Dan Korupsi

Kamis, 30 September 2021 06:37 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

 Sebelumnya 
Isu komunis menjadi menarik, juga karena bangsa ini belum menemukan formula ideal dalam beberapa hal. Termasuk antitesa ideal terhadap Soeharto atau Orde Baru.

Setelah Soeharto dan Orde Baru-nya tumbang, orde reformasi ternyata tak sepenuhnya memberikan obat mujarab. Orde Baru diharamkan, tapi racikan menu halal yang cocok, sampai sekarang masih terus dicari. Masih berproses.

Baca juga : Hati-Hati Acara Berskala Besar

Proses itu termasuk bagaimana menyikapi film G30S PKI. Beberapa tahun ke depan, kegaduhan ini tampaknya akan disikapi dengan lebih dewasa.

Dulu, Soeharto tak bisa disentuh. Sekarang, Presiden dibikin meme, sudah jadi hal biasa. Artinya, akan ada penyesuaian-penyesuaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Baca juga : Pilgub, Azis Dan KPK

Demikian pula fokus perhatian rakyat. Pada 1985 misalnya, setahun setelah film G30S PKI ditayangkan perdana, ada beberapa survei untuk mengetahui sikap masyarakat.

Hasilnya, di urutan pertama: ketakutan terhadap bangkitnya komunis. Korupsi di urutan kedua. Sekarang, kondisinya berubah. Korupsi menjadi isu hangat dan menjadi kejahatan luar biasa. Korupsi menjadi musuh. Namun, pemberantasannya belum optimal.

Baca juga : Menghentikan Kecanduan Impor

Apakah korupsi sudah menjadi “komunisme baru”? (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.