RM.id Rakyat Merdeka - Di musim kampanye, urusan tempe bisa jadi urusan besar. Presiden Jokowi menyebut ukuran tempe masih tebal. Sebelumnya, Sandiaga Uno menyebut ukuran tempe tipis, setipis ATM akibat mahalnya kedelai. Rakyat mau percaya yang mana ya? Yang tebal, apa yang tipis?
Debat panas soal harga dan ukuran tempe ini muncul sebelum masa kampanye pilpres, pertengahan September lalu. Kala itu, Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno mulai rajin blusukan ke pasar-pasar tradisional. Di sana, Sandi menemui para pedagang dan pembeli. Menampung curhatan mereka sambil meninjau harga barang-barang. Dari sembako sampai sayur-mayur. Dari setiap kunjungan ke pasar itu, Sandi selalu mendapatkan satu kesimpulan. Bahwa harus ada perbaikan di sektor ekonomi. Soalnya emak-emak sudah mengeluh harga-harga sembako mulai naik. Cabai, bawang dan telur naik. Tak banyak yang bisa dibeli dari uang seratus ribu.
Sandi juga menceritakan gara-gara pelemahan rupiah, harga kedelai ikutan naik. Ukuran tempe pun jadi mengkeret. Sandi kemudian menceritakan keluhan seorang ibu yang menemukan tempe yang sudah “setipis ATM”. Tak disangka, omongan Sandi itu jadi viral dan polemik. Menyengat lawan politiknya. Tak hanya itu, ada banyak istilah lain yang disampaikan Sandi untuk menggambarkan kondisi ekonomi yang tak beres. Misalnya tempe "sachet”, tempe “seukuran tablet” dan tempe “segede HP jadul”. Tablet maksudnya bukan sejenis obat. Tapi sejenis IPad yang ukurannya sebesar buku biasa.
Sandi juga mengungkap harga sepiring nasi ayam di Indonesia lebih mahal dibanding Singapura. Sandi mengaku sengaja menyoroti tempe, karena merupakan makanan sejuta umat. Hampir setiap hari ada di meja makan orang Indonesia. “Isu ini konkret di masyarakat, tidak ngawang-ngawang seperti kalau kita omong demokrasi dan pilpres,” kata Sandi, suatu kali.
Baca juga : Jokowi Cs & Prabowo Cs Rame-rame Saling Melapor
Kubu Jokowi-Ma’ruf rupanya sangat terganggu dengan berbagai serangan dan manuver Sandi itu. Termasuk soal tempe. Berbagai sanggahan sudah disampaikan. Hampir semua anggota tim kampanye Jokowi-Maruf menyatakan tak ada tempe setipis ATM. Seolah ingin ikut meng-counter, Selasa (30/10) malam, Jokowi blusukan ke Pasar Suryakencana di Jalan Roda, Kota Bogor. Jokowi tiba di lokasi sekitar pukul 10 malam dengan mengenakan kemeja putih lengan panjang yang sudah digulung. Ikut mendampingi, Walikota Bogor Bima Arya. Tiba di pasar, Jokowi langsung menemui para pedagang. Mulai dari pedagang cabai, bawang, dan sayur mayur seperti bayam.
Di lapak bayam, Jokowi mengambil dua ikat. Menanyakan harganya dan kemudian membelinya. Presiden juga mendatangi lapak pedagang ayam, tahu dan tempe. Pedagangnya disapa. Juga ditanya soal harga komoditas yang mereka jual. Jokowi mengaku ke pasar, untuk meninjau harga berbagai komoditas. Mengecek kesesuaian fakta lapangan dengan data pemerintah yang menunjukkan inflasi 3,5 persen. Yang artinya harga stabil. Padahal biasanya, inflasi ada di kisaran 7-8 persen.
“Artinya, harga itu terkendali. Dipikir, saya nggak pernah keluar masuk pasar,” kata Jokowi. Dari hasil blusukan itu, ia melihat ada beberapa komoditas yang turun harga. Antara lain, sawi hijau dan buncis. Meski ada juga yang naik, seperti alpukat dan ayam potong. Kenaikan ini dikarenakan suplai yang menurun. Dan menurut Jokowi, itu adalah hal biasa. Jokowi menilai kondisi harga-harga di pasar ini sejalan dengan kondisi makro ekonomi, terutama yang terkait dengan besaran inflasi. Harga terkendali. Harga tempe misalnya, masih segitu- segitu saja. Ukurannya pun masih sama.
“Harganya tetap. Tadi lihat sendiri. Ya (tempenya) tebal,” kata Jokowi. Ia berharap tidak ada pihak-pihak yang bicara sebaliknya. Bahwa harga-harga mahal. “Nanti ibu-ibu di pasar marah. Nanti nggak ada yang datang ke pasar. Larinya ke supermarket, ke mal,” ungkapnya. Jokowi berjanji bila terjadi lonjakan harga bahan pokok, ia akan memerintahkan menteri terkait untuk menjaga stabilitas harga.
Baca juga : Lion Tetap Singa Atau Jadi Kucing
Bagaimana tanggapan Sandiaga soal ini? Politikus Gerindra ini mengapresiasi, akibat pernyataan “tempe setipis ATM”, Presiden Jokowi berkunjung ke pasar. Sehingga, Presiden bisa memperhatikan keluhan harga bahan pokok yang tinggi. Sandi menceritakan, apa yang didapatnya saat blusukan justru berbeda. Saat berdialog dengan pedagang dan pembeli, mereka mengeluhkan harga sembako yang naik. “Tentu kita harus hargai dan apresiasi, sekarang Presiden memiliki perhatian turun ke pasar, saya acungkan jempol. Kita harap, nanti ada diskursus tentang harga-harga, tentang lapangan pekerjaan. Itu dua hal utama yang disampaikan masyarakat kepada kita,” kata Sandi di Jakarta, kemarin.
Soal harga dan ukuran tempe, Sandi menantang Jokowi untuk mencari ukuran tempe di pasar. “Sekarang kita lakukan the search for the size of tempe, kita lakukan pencarian tempe seperti apa ke depan,” kata Sandi. Menurutnya, Pilpres 2019 akan semakin menarik. Pasalnya, perdebatan mengerucut ke satu diskursus tentang tempe, yang merupakan makanan favorit di Indonesia.
Menanggapi hal ini, Peneliti Ekonomi Politik CSIS (Centre for Strategic and International Studies) Yose Rizal Damuri mengatakan cara komunikasi Sandi soal tempe, adalah untuk membidik pemilih dari kalangan perempuan, yang secara umum memegang kebijakan belanja keluarga. Menurutnya, ada istilah economic voting, yang digunakan untuk memilih berdasarkan kebijakan atau hasil ekonomi calon presiden yang dipilih.
Pernyataan senada juga disampaikan Pengamat Politik Universitas Andalas Asrinaldi. Apa yang disampaikan Sandi soal remeh-temeh seperti tempe, itu adalah untuk mengingatkan kondisi ekonomi saat ini. Meski remeh-temeh, tapi sangat mengena di masyarakat menengah ke bawah. Dan menurut dia, apa yang dilakukan Jokowi dengan blusukan ke pasar, adalah untuk ikut memainkan isu ini. Agar tidak hanya Sandi yang memainkan isu ini sendirian.
Baca juga : Menkeu Sri Mulyani Menangis
Di jagat Twitter, topik dan harga tempe ini menuai banyak komentar. Warganet terbelah. Kebanyakan menyerang Sandiaga. “Mau adu visi misi, nggak mungkin. Mau adu program, gak mungkin. Mau adu prestasi, jelas ga mungkin. Semua jauh dari harapan, blasss. @sandiuno cuma bisa adu ukuran tempe,” cuit @RizmaWidiono. Akun @intanyk94 yakin, Sandiaga hanya nakutin kalau harga mahal. Padahal buktinya tidak begitu. Orang masih mampu beli. “Di kampung-kampung, warga justru makin makmur, bisa belanja lebih dari sebelumnya. Tempe, sayur-mayur masih mudah didapat,''ujarnya.[BCG]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.