Dark/Light Mode

Capai 146 Persen

Bunga Pinjol Masih Kelewat Tinggi Tuh

Kamis, 9 Desember 2021 21:39 WIB
Ketua IFSoc Mirza Adityaswara dalam webinar Catatan Akhir 2021 IFSoc di Jakarta, Kamis (9/12). (Foto: Istimewa)
Ketua IFSoc Mirza Adityaswara dalam webinar Catatan Akhir 2021 IFSoc di Jakarta, Kamis (9/12). (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Mantan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini menilai, literasi keuangan di masyarakat belum memadai. Sehingga, hal ini perlu ditingkatkan, selain melakukan penertiban pada fintech belum berizin.

“Kami sangat mendukung penertiban dari pinjol ilegal. Sudah seharusnya semua P2P berizin dan yang ilegal harus ditindak,” katanya.

Penertiban fintech penting karena keberadaannya berperan dalam upaya pemulihan ekonomi di Indonesia. Namun dia menyayangkan, bunga fintech lending, khususnya untuk sektor konsumtif masih terlalu tinggi.

Meskipun saat ini pelaku fintech lending telah sepakat untuk me-nurunkan bunganya menjadi 0,4 persen per hari.

Baca juga : Apa Pun Aturannya, Semoga Mobilitas Masyarakat Dikurangi

“Kalau bunganya itu dikalikan selama setahun, maka bisa mencapai 146 persen per tahun. Dan itu masih terlalu tinggi. Tentunya, tidak sehat,” tegasnya.

Karena itu, ia berharap, bunga pinjaman fintech lending yang sifatnya jangka pendek itu ke depannya masih bisa lebih rendah lagi. Tak hanya itu, kehadiran industri fintech juga turut memunculkan fenomena hadirnya neobank atau bank digital di Indonesia.

Anggota IFSoc Rudiantara menambahkan, munculnya neo-bank bisa menjadi terobosan baru di industri perbankan. Ter-lebih, OJK telah menerbitkan Peraturan (POJK) No. 12/2021 Bank Umum dan POJK 13/2021 tentang penyelenggaraan produk bank umum sebagai kerangka kebijakan yang mempertegas pengertian neobank.

Menurut Rudiantara, saat ini makin banyak pemain baru di industri digital yang masuk ke dunia perbankan. Salah satu caranya dengan mengakuisisi bank kecil. Hal ini juga menjadi salah satu bentuk tranformasi neobank.

Baca juga : Cegah Kerusakaan Lingkungan, Ganjar Evaluasi Izin Tambang

“Katakanlah, kalau buka bank baru itu modal awalnya sangat besar, mencapai Rp 10 triliun. Bandingkan, kalau dengan akuisisi bank kecil. Nah, tren seperti ini juga masih akan berlanjut ke depannya,” bebernya.

Ia mencontohkan, Akulaku mengakuisisi Bank Yudha Bakti. Kemudian, bertransformasi menjadi Bank Neo Commerce. Selain itu, Gojek mengakuisisi Bank Artos dan kini bernama Bank Jago. Termasuk, EMTEK mengakuisisi Bank FAMA, Kredivo mengakuisisi Bank Bisnis Internasional, WeLab mengakuisisi Bank Jasa Jakarta. Dan Ajaib mengakuisisi Bank Bumi Artha serta Primasia Sekuritas.

Seiring dengan hal tersebut, bank-bank besar juga mulai mengurangi pembukaan kantor cabang fisik. Hingga Agustus 2021, jumlah kantor bank umum hanya 29.683. Atau turun 6,5 persen dibanding tahun 2018 yang jumlahnya sebanyak 31.604 kantor.

“Artinya, bank-bank konvensional ini juga mulai menerapkan teknologi sebagai kanal distribusi yang baru,” ungkapnya.

Baca juga : Bahlil: Ibarat Mobil Baru Ganti Oli, Perusahaan Jangan Dikasih Beban Tinggi, Nanti Bisa Masuk Got

Begitu juga dengan terus bertambahnya unicorn-unicorn baru di Indonesia. Saat ini, ada seba-nyak delapan unicorn yang memiliki valuasi di atas 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau setara Rp 14,3 triliun. Yakni, Xendit, Ajaib, Ovo, Bukalapak, Pajax, Tra-veloka, JnT Expres dan Goto.

Bahkan, merger antara dua uni-corn, yaitu Gojek dan Tokopedia menjadi langkah strategis yang akan berdampak pada pe-nguatan ekosistem digital.

“Unicorn diperkirakan akan tetap muncul di tahun-tahun mendatang, tidak hanya berasal dari fintech saja. Justru, adanya pandemi ini akan mendorong unicorn dari sisi edutech dan juga healtech nantinya,” akunya. [IMA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.