Dark/Light Mode

Hadapi Krisis Akibat Pandemi

Cari Sumber Pertumbuhan Baru BRI Garap Usaha Ultra Mikro

Selasa, 28 Desember 2021 06:50 WIB
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (Foto: Istimewa).
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (Foto: Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Krisis ekonomi akibat dampak pandemi merata di berbagai belahan dunia. Termasuk, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), sektor penting bagi BRI. Dalam menghadapi tantangan itu, bank pelat merah tersebut merumuskan sejumlah strategi baru. Alhamdullilah, usaha tersebut berbuah hasil positif.

Sunarso menjelaskan, krisis ekonomi karena pandemi kali ini berbeda dengan masalah ekonomi pada 1998, 2008, atau 2013 lalu. Pada 2020 krisis kali ini disebabkan pandemi Covid-19 dan merata terjadi di seluruh dunia. Non Performing Loan (NPL) naik terutama pada nasabah di segmen pelaku UMKM. Padahal, UMKM adalah tulang punggung BRI.

Baca juga : Kasih Obat Tetes Mata, Cara Supari Bikin Mata Pegawai BRI Tajam Lihat Data

“Itu (UMKM) yang dulu tidak kena krisis sekarang kena krisis. Maka kita harus me-review transformasi kita. BRIvolution 1.0 itu menjadi BRIvolution 2.0. Kami tetapkan mulai 2020,” ujar Sunarso.

Visi besar BRI pun turut diubah menjadi The Most Valuable Banking Group in Southeast Asia. Pihaknya sadar hadirnya tantangan ini mendorong BRI untuk semakin melibatkan seluruh komponen anak perusahaan. Selain itu, visi sebagai Home to The Best Talent difokuskan menjadi Champion of Financial Inclusion. Hal itu akan mengembalikan fokus bank dengan jejaring terluas di Tanah Air tersebut pada khittahnya di segmen UMKM, termasuk usaha Ultra Mikro (UMi). Champion of Financial Inclusion pun dimaksudkan untuk menjaga pertumbuhan berkesinambungan BRI. Pihaknya mencari sumber pertumbuhan baru dengan prinsip go smaller, dengan fokus pada segmen usaha yang lebih kecil dari mikro, yakni ultra mikro.

Baca juga : Okupansi Bandara Ngloram Capai 90 Persen, Ganjar Harap Pariwisata Meningkat

Tentunya dengan tenor pendek sesuai kebutuhan atau go shorter. BRI pun memperkuat digitalisasi layanan jasa keuangannya atas prinsip go faster, sehingga prinsip go cheaper atau berbiaya murah dan efisien tercipta.

“Maka Champion of Financial Inclusion kita terjemahkan sebagai BRI harus mampu melayani masyarakat sebanyak mungkin, dengan biaya semurah mungkin melalui digitalisasi,” tuturnya.

Baca juga : Komisi IX DPR Minta Pemerintah Perhatikan Harapan Umat Muslim

Transformasi yang dilakukan oleh BRI difokuskan pada dua area utama, yakni digital dan culture. Transformasi digital dilakukan dengan fokus untuk mendapatkan efisiensi melalui digitalisasi proses bisnis, dan menciptakan value baru melalui new business model. Contoh nyata efisiensi digitalisasi business process adalah dengan adanya BRISPOT atau aplikasi pemrosesan kredit melalui mobile yang digunakan oleh tenaga pemasar (Mantri) BRI.

“Dengan BRISPOT, proses booking kredit mikro (produktivitas) meningkat dari rata-rata Rp 2,5 triliun per bulan menjadi lebih dari Rp 4 triliun per bulan. Selain itu proses kredit menjadi jauh lebih cepat, dari sebelumnya membutuhkan waktu 2 minggu menjadi rata-rata 2 hari, bahkan dapat lebih cepat. Contoh keberhasilan new business model dari transformasi digital yang dilakukan oleh BRI adalah layanan perbankan melalui agen yang dinamakan Agen BRILink yang volume transaksinya telah menembus Rp 800 triliun pada tahun lalu. Dan tahun ini kami targetkan mencapai lebih dari Rp 1.000 triliun,” ungkap Sunarso.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.