Dark/Light Mode

Jakarta Masih Dihantui Masalah Kualitas Udara

Ayo Kurangi Polusi & Kemacetan Dengan Naik MRT

Sabtu, 9 September 2023 20:57 WIB
Stasiun MRT Jakarta.  (Foto: Istimewa)
Stasiun MRT Jakarta. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Di kesempatan yang sama, Operation & Maintenance Director MRT Jakarta Muhammad Effendi menambahkan, sebanyak 80 persen polusi udara dihasilkan dari penggunaan kendaraan pribadi. Sementara, sekitar 43 persen emisi yang dihasilkan dari sektor transportasi, diperkirakan mencapai 25 ribu ton per tahun.

Jakarta sendiri, berada di peringkat ke-7 kota paling padat di dunia tahun 2018 dari TomTom Global Traffic Index. Ditambah, kerugian akibat kemacetan lalu lintas diperkirakan mencapai Rp 100 triliun (6,8 miliar dolar Amerika Serikat/AS) setiap tahun.

Baca juga : Panasonic Bantu Pemerintah Kurangi Dampak Polusi Udara Lewat Teknologi Nanoe X

“Maka dari itu, MRT Jakarta menghadirkan era baru transportasi publik modern di Jakarta. Dengan diluncurkannya Fase 1 yang terdiri dari 13 stasiun Jakarta Selatan-Jakarta Pusat Maret 2019. Dan saat ini telah dilanjurkan dalam Fase 2 membentang sepanjang sekitar 11,8 kilometer dari kawasan Bundaran HI hingga Ancol Barat,” jelas Effendi di kesempatan yang sama.

Fase 2 terdiri dari dua tahap, yaitu fase 2A dan fase 2B. Fase 2A terdiri dari tujuh stasiun bawah tanah (Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota) dengan total panjang jalur sekitar 5,8 kilometer. Sedangkan Fase 2B terdiri dari dua stasiun bawah tanah (Mangga Dua dan Ancol) dan satu depo di Ancol Barat dengan total panjang jalur sekitar enam kilometer.

Baca juga : Setelah Diguyur Hujan Buatan, Apakah Kualitas Udara Di Jakarta Membaik?

Sejak 2019 hingga saat ini, MRT memberikan dampak kepada kemacetan yang turun signifikan. Dari sebelum beroperasinya MRT pada 2017, indeks kemacetan mencapai 61 persen.

“Di tahun 2017, tingkat kemacetan turun menjadi 61 persen, jumlahnya bahkan terus menurun terutama di tahun 2022, indeks kemacetan mencapai 53 persen. Emisi gas rumah kaca turut berkurang pada 2022 menjadi hanya 26 persen,” sebut Effendi.

Baca juga : WFH Hari Kelima, Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Masih Tidak Sehat, Depok Parah

Menyoal ini, Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengatakan, seharusnya Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah mendorong berbagai kebijakan agar para pengguna kendaraan pribadi mau beralih ke angkutan massal salah satunya dengan menerapkan integrasi.

Selain itu, Pemerintah Pusat juga perlu membenahi sistem angkutan umum di wilayah Bodetabek, agar lebih selaras dengan Jakarta yang sudah lebih maju menata angkutan umumnya dengan integrasi TransJakarta, LRT Jakarta, dan MRT Jakarta. Tercatat, sebanyak 996 ribu kendaraan bermotor dari Bodetabek masuk ke Jakarta setiap harinya. “Tentunya Pemerintah juga didorong, agar meminta Pemda ikut menerapkan kebijakan push strategy,” pinta Yayat.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.