Dark/Light Mode

Turunkan Harga Beras, Jurus Pemerintah Belum Sakti

Sabtu, 16 September 2023 08:53 WIB
Presiden Jokowi bersama sejumlah pejabat meninjau stok beras di Gudang Bulog Sunter Timur II Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (11/9). (Foto: Randy Tri Kurniawan/RM)
Presiden Jokowi bersama sejumlah pejabat meninjau stok beras di Gudang Bulog Sunter Timur II Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (11/9). (Foto: Randy Tri Kurniawan/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Upaya Pemerintah menurunkan harga beras yang melonjak sejak bulan lalu belum membuahkan hasil. Operasi pasar, impor beras besar-besaran, dan bantuan pangan ke rakyat kecil, belum ampuh meredam kenaikan harga bahan pokok ini. Sampai kemarin, harga beras di pasaran masih tinggi.

Rakyat Merdeka meninjau sejumlah wilayah di Jakarta Timur, untuk mengecek harga dan pasokan beras, kemarin. Di Pasar Munjul, harga beras medium berada di kisaran Rp 13 ribu-Rp 14 ribu per kilogram. Di kawasan Cibubur, beras medium juga Rp 14 ribu per kilogram.

Di Cileungsi, stok beras di beberapa agen seperti kios-kios di Jalan Perumahan Grand Kahuripan, sudah menyusut tajam. Biasanya kios disesaki dengan tumpukan karung beras yang meluber hingga ke depan. Kemarin, tumpukan karung beras yang biasanya hingga menyentuh atap plafon sudah tak terlihat lagi. Tumpukan karung beras hanya terlihat berada jauh di dalam kios.

Salah satu penjaga kios di kawasan Grand Kahuripan, Ucok, mengeluhkan kenaikan harga beras yang terjadi hampir tiap hari. Menurut dia, kenaikan ini tak berdampak pada keuntungan. Saat membeli stok baru, harga sudah naik lagi.

Baca juga : Harga Beras Mulai Loncat

"Nggak ada untung. Malah kadang harus nombok," kata Ucok, saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, kemarin.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga beras juga masih tinggi. Pada pukul 10.05 WIB, kemarin, beras kualitas bawah Rp 12.700-Rp 12.900 per kilogram. Sementara, kualitas medium di kisaran Rp 14.100, jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan Pemerintah dalam Perbadan Nomor 7/2023 sebesar Rp 10.900-Rp 11.800 per kilogram.

Kenaikan harga beras ini sudah dimulai sejak awal Agustus lalu. Berbagai upaya untuk meredam kenaikan harga beras ini sudah dilakukan. Misalnya dengan memberikan bantuan beras kepada warga pra sejahtera. Selain itu, Pemerintah juga sudah melakukan intervensi di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Presiden Jokowi bahkan ikut turun langsung melakukan pengecekan stok dan operasi pasar sejak awal pekan lalu.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga telah melakukan operasi pasar dengan  menggelontorkan 4.500 ton beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke PIBC. Rinciannya, 1.500 ton ke 50 pedagang terverifikasi dan 3.000 ton ke Gudang Food Station BUMD DKI di PIBC. Beras tersebut dijual dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp 10.900 per kilogram ke masyarakat.

Baca juga : Tenang, Duit Untuk Pemilu Aman

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, gelontoran beras SPHP ke PIBC merupakan arahan Jokowi. Arief meminta semua pihak turut mengawasi penyaluran beras SPHP agar sesuai dengan HET yang ditetapkan. Ia mengatakan jika terjadi pelanggaran maka bisa dilaporkan ke Satgas Pangan.

Arief menerangkan, dengan digelontorkannya beras SPHP tersebut, masyarakat tidak perlu khawatir karena stok tersedia. Karenanya, ia mengimbau masyarakat tidak panic buying.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) juga ikut melakukan berbagai cara untuk meredam kenaikan harga berasa. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga dan memperkuat koordinasi dengan Pemda melalui Dinas Perdagangan untuk menjaga stabilitas harga beras.

"Dukungan dan peran serta Dinas Perdagangan sangat dibutuhkan dan masih memiliki peran dan fungsi strategis dalam menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pokok di wilayahnya masing-masing," kata Isy, kemarin. 

Baca juga : Industri Pertahanan Kita Belum Bangkit

Sayangnya, segala jurus yang dikeluarkan Pemerintah ini belum ampuh meredam kenaikan harga beras. “Masih berat untuk bisa menurunkan harga beras kembali kepada harga eceran tertinggi (HET), khususnya untuk beras medium," kata Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri, kemarin.

Kata dia, operasi pasar yang dilakukan Bulog belum terlihat di pasaran. Beras Bulog belum bisa membanjiri pasar. Padahal, Abdullah berpendapat, jika Perum Bulog bisa mengguyur beras operasi pasar ke pasar-pasar bisa mengintervensi harga yang saat ini terbilang cukup tinggi.

“Kami belum dapat informasi bahwa beras Bulog sudah banjiri pasar,” ujarnya. Mansuri mengingatkan, kunci menurunkan harga saat ini adalah memperbanyak ketersediaannya di lapangan.

Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka, edisi Sabtu (16/9), dengan judul “Turunkan Harga Beras, Jurus Pemerintah Belum Sakti”.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.