Dark/Light Mode

Soal Akuisisi Muamalat

BTN Ingin Selamatkan Bank Syariah Pertama

Jumat, 26 Januari 2024 07:20 WIB
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu. (Foto: Dok. BTN)
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu. (Foto: Dok. BTN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kabar PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN akan mengakuisisi Bank Muamalat semakin santer. Jika terwujud, aksi ini akan menciptakan bank syariah besar selain Bank Syariah Indonesia (BSI).

Namun sejatinya, di balik rencana akuisisi tersebut ada misi penyelamatan Bank Mua­malat yang sangat penting ke­beradaannya, sebagai bank sya­riah pertama yang berdiri di Indonesia.

Menyoal ini, pengamat per­bankan Centre for Banking Crisis Ahmad Deni Daruri me­nilai, langkah BTN mengakuisisi Bank Muamalat patut diapresiasi. Pasalnya, bank syariah tertua di Indonesia itu membu­tuhkan injeksi modal agar bisa lebih ekspansif dan keluar dari persoalan masa lalu.

Baca juga : Ketemu 4 Mata Dengan Sri Sultan, Mentan Bahas Ekonomi Dan Pertanian

Dia meyakini, kondisi Bank Muamalat memang sudah lebih sehat dibandingkan dua tahun lalu, tapi sehat saja tidak cukup.

“Bank mesti tumbuh dan modalnya terus ditingkatkan agar bisa menjalankan fungsi intermediasi lebih optimal lagi,” kata Deni di Jakarta, Kamis (25/1/2024).

Saat ini, rasio pembiayaan terhadap pendanaan Bank Muamalat atau Finance to De­posit Ratio (FDR) hanya 45 persen. Jauh di bawah batas ideal sebesar 78 persen hingga 100 persen.

Baca juga : Ganjar: Jaga Suara Sampai Akhir

Sementara rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) berada di level 28,67 persen pada akhir September 2023.

Jika manajemen Muamalat ingin ekspansi untuk menggenjot FDR ke batas ideal, kata dia, maka CAR bisa tergerus. Pasalnya, setiap penyaluran pembiayaan atau ekspansi bisnis lainnya akan membentuk Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Dengan kata lain, bank harus menambah permodalan, menye­suaikan profil risiko dan kebu­tuhan ekspansi. Artinya, bank selalu membutuhkan suntikan modal tambahan. Pada titik ini, BPKH (Badan Pengelola Keuangan Haji) tidak bisa terus menerus membenamkan dana haji sebagai tambahan modal.

Baca juga : Hasil Piala Asia: Korsel Masih Selamat, Malaysia Tamat

“Hal itu terlalu berisiko karena dana umat wajib diinvestasi­kan ke instrumen yang aman,” ujarnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.