Dark/Light Mode

Aspal Ampas Tebu & Plastik PET: Solusi Perkerasan Jalan Berkelanjutan di Indonesia

Rabu, 17 April 2024 00:26 WIB
Permasalahan limbah mencekik. (Sumber: DLH 2021 & Tangkapan Layar Berita Media Online)
Permasalahan limbah mencekik. (Sumber: DLH 2021 & Tangkapan Layar Berita Media Online)

Isu-isu energi dan lingkungan kini makin marak yang mengancam terjadinya degradasi. Berdasarkan hasil laporan dari Statistik Lingkungan Hidup 2021, yang menunjukkan bahwa jumlah limbah organik sebesar 32.593 m³ dan anorganik sebesar 23.152 m³. Peningkatan jumlah kedua limbah, sejalan dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang diproyeksikan sebanyak 275,77 juta jiwa pada tahun 2022, yang angka tersebut adalah hasil kenaikan sebesar 1,13% dari tahun sebelumnya (BPS, 2022). Angka jumlah penduduk dan hasil limbah yang begitu besar sebanding dengan dorongan konsumsi  produksi gula hasil perkebunan tebu & plastik yang menjadi penyumbang limbah organik dan anorganik cukup besar di Indonesia. 

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) menyatakan bahwa jumlah ampas tebu yang dihasilkan pada penggilingan tebu sebesar 8,32 juta ton. Dari angka tersebut, diperoleh fakta bahwa 40% ampas tebu masih belum dimanfaatkan dengan baik (Anwar, 2020). Di samping itu, Indonesia juga diketahui merupakan negara dengan predikat penyumbang sampah plastik kedua di dunia setelah Tiongkok (Amin dkk., 2022). Dari BPS 2021, menyatakan bahwa produksi limbah plastik di Indonesia setiap tahunnya sebesar 66 juta ton. Kedua data ini semakin membuat miris, fakta dilapangan terkait pemanfaatan limbah dari segala proses produksi dan konsumsi hanya sekedar terus ditumpuk yang lama kelamaan akan mengakibatkan berbagai degradasi lingkungan.

Di samping peningkatan limbah yang berakibat pada rusaknya lingkungan, timbul masalah lain yaitu pertumbuhan penduduk yang juga berdampak pada peningkatan alat transportasi dan kerusakan jalan di Indonesia. Menurut BPS Transportasi Darat (2022), total jalan di Indonesia yang mengalami kerusakan pada tahun 2022 adalah 31,9% dengan panjang 179 ribu km dan yang rusak berat adalah sebesar 15,9%.

Minimnya perbaikan jalan yang dilakukan menyebabkan kerusakan jalan yang lebih parah dengan ketahanan dan kekuatan jalan yang rendah serta memerlukan tenaga dan biaya yang lebih besar untuk memperbaikinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan dan kekuatan pada jalan adalah bahan yang digunakan dalam komposisi campuran aspal khususnya pada lapisan HRS-WC.

Baca juga : Sukidi PhD: Jangan Lelah Cintai, Rawat, Majukan Indonesia

Lapis HRS-WC/lapisan atas tipis permukaan jalan akan bersinggungan langsung dengan cuaca dan roda kendaraan yang membuatnya mudah mengalami aus. Degradasi lingkungan dan kerusakan jalan pada lapis HRS-WC akan menjadi masalah yang menghambat program pembangunan pemerintah  terutama Indonesia Emas 2045 (Augustinus, 2022). Salah satu pilihan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pemerataan konektivitas dan keberlanjutan pembangunan adalah dengan pemanfaatan green technology dalam perbaikan atau pemeliharaan jalan sebagai konektivitas antar wilayah yang bersifat rendah karbon, menekankan transisi energi, pembangunan ramah lingkungan.

Pemanfaatan limbah organik dan anorganik terus diupayakan untuk menciptakan konsep green technology dan sustainable khususnya pada HRS WC lapisan atas tipis permukaan jalan (lataston). Melihat permasalahan kompleks di atas, dapat diusulkan sebuah solusi berupa Campuran Aspal Ramah Lingkungan dari Ampas Tebu dan Limbah Plastik  PET sebagai Transisi Energi Ramah Lingkungan Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan pada Indonesia Emas 2045.

Mengulik Potensi Lokal: Limbah Plastik  PET dan Ampas Tebu di Indonesia sebagai Campuran Aspal HRS-WC

Potensi pemanfaatan limbah sebagai material konstruksi dapat menjadi salah satu aspek green technology dan sustainable yang terpenuhi. Dimana green technology dan sustainable memanfaatkan material yang tersedia cukup, pengelolaan sampah, mewujudkan efisiensi dalam proses pelaksanaan dan perencanaan jangka panjang, serta mengurangi potensi dampak yang akan ditimbulkan (Wibisono dkk., 2019).

Pencampuran limbah plastik PET dalam campuran aspal dapat dilakukan dengan metode basah yang dicampurkan ke dalam aspal dan metode kering yang dicampur saat pemanasan agregat. Limbah plastik dapat berupa Polyethylene, Polypropylene, dan Polystyrene yang dimanfaatkan sebagai pelapis agregat panas. Pada suhu 110°C dan 140°C, proses softening plastik tersebut tidak menghasilkan gas beracun dan pada suhu 160°C akan melebur dan menjadi Plastic Coated Aggregate (PCA) bersama dengan agregat.

Menurut Telehala (2023), agregat yang terlapisi plastik akan memiliki kekuatan yang unggul untuk perkerasan jalan. Campuran PCA berdasarkan penelitian Telehala (2023) menunjukkan pengikatan yang lebih tinggi dengan aspal dibanding campuran biasa pada umumnya. Campuran tersebut akan meningkatkan nilai stabilitas Marshall dan kapasitas bantalan beban sebagai bukti meningkatnya kekuatan campuran. Selain itu, rongga (void) pada campuran menjadi semakin sedikit sehingga air yang hendak masuk dalam campuran dapat dicegah.

Baca juga : IAMRA Dan Kemenko Perekonomian Sepakat Percepat Kemajuan Kesehatan Indonesia

Menurut Vasudevan (2019), plastik dipilih sebagai bahan aditif karena sebagai limbah yang persisten dan senyawa yang terkandung dalam aspal memungkinkan daya tahan ditingkatkan dengan reaksi bahan plastik maupun polimer. Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan gula. Ampas tebu memiliki rapat total (bulk density) sebesar 0,125 gr/cm³ dan moisture content sebesar 48%. Limbah ampas tebu pada umumnya diatasi dengan cara dibakar untuk menghindari penumpukan yang kemudian menghasilkan abu pembakaran ampas tebu. 

Penggunaan inovasi material dalam campuran aspal HRS-WC berupa plastik PET dan abu ampas tebu berdasarkan penelitian sebelumnya, dapat meningkatkan parameter kekuatan pada kadar tertentu. Pemanfaatan plastik PET dalam campuran aspal dengan metode pencampuran kering dapat melapisi agregat yang membuat campuran aspal memiliki ikatan yang lebih kuat dengan agregat dibanding campuran pada umumnya.

Berdasarkan penelitian oleh Telehala (2023), campuran tersebut menunjukkan peningkatan nilai stabilitas Marshall dengan rentang 16 - 26,5 kN dan kapasitas bantalan beban sebesar 100% sebagai bentuk peningkatan kekuatan dan penurunan jumlah rongga pada campuran. Penggunaan bahan aditif limbah PET sebesar 3% dari berat aspal diprediksi dapat mencegah terjadinya kelelehan aspal yang terlalu besar namun tetap berada pada spesifikasi minimal flow sehingga aspal beton tidak mudah mengalami deformasi.

Untuk pemanfaatan limbah abu ampas tebu terhadap campuran aspal, berdasarkan penelitian oleh Azizah & Rahardjo (2017), dapat meningkatkan nilai stabilitas, flow, VMA,VMB pada campuran serta menurunkan nilai VIM & MQ pada subtitusi 100% abu ampas tebu terhadap filler. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardana (2020), bahwasannya komposisi pencampuran abu ampas tebu pada kadar 100% dari filler menghasilkan nilai parameter Marshall yang paling maksimal dibanding dengan kadar lainnya.

Manfaat Implementasi Green Technology  Aspal Ramah Lingkungan terhadap Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

Pengelolaan limbah berkelanjutan menjadi wujud tanggung jawab atas perilaku konsumsi dan produksi sebagaimana poin SDGs ke-12. Perilaku tersebut bila tidak dilakukan dengan tanggung jawab maka akan menghasilkan limbah yang dapat mengganggu kestabilan lingkungan baik tanah maupun sungai yang berdampak pada penurunan kualitas dan jumlah sumber air bersih yang tersedia (SDGs poin ke-6).Pengelolaan limbah berkelanjutan akan mengurangi pencemaran yang terjadi dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan dapat mencegah penumpukan limbah yang sulit terurai  sehingga menjadi upaya dalam mengurangi perubahan iklim (SDGs poin ke-13 & SDGs poin ke-3). 

Daftar Pustaka

Baca juga : Atta Ul Karim Bentuk Perkumpulan Pererat Hubungan Indonesia dan Pakistan

Rahardjo, N. A. B. (2017). Kinerja Campuran Hot Rolled Sheet-Wearing Course (Hrs-Wc) Dengan Filler Abu Ampas Tebu. BANGUNAN: Teori, Praktek, Penelitian, dan Pengajaran Teknik Bangunan, 22(2). 

Telehala, A. (2023). Plastik Sebagai Bahan Campuran Aspal. Jurnal Sosial dan Teknologi, 3(2), 139-152. 

Rangan, P. R. (2022). Orasi Ilmiah Dies Natalis UKI Toraja 55 Menyiapkan Infrastruktur Cerdas dan Ramah Lingkungan 

Agustinus, J. W. (2022). Peran Green Economy dan Green Leadership TarFomedia 3(2).

HAFIF AHMAD ABDUL AZIZ
HAFIF AHMAD ABDUL AZIZ
Mahasiswa Departemen Teknik Sipil & Perencanaan UM

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.