Dark/Light Mode

Perjuangkan Nasib Rupiah, Pengamat Minta PSBB Transisi Disulap Jadi PSBB New Normal

Selasa, 4 Agustus 2020 09:43 WIB
Perjuangkan Nasib Rupiah, Pengamat Minta PSBB Transisi Disulap Jadi PSBB New Normal

RM.id  Rakyat Merdeka - Di tengah maraknya ancaman resesi, nilai tukar rupiah masih tetap bergigi. Pagi ini, mata uang Garuda menanjak tinggi dengan penguatan 0,42 persen di level Rp 14.568 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya di Rp 14.630 per dolar AS.

Penguatan juga dialami mata uang lain seperti baht Thailand, yang naik 0,16 persen, dolar Taiwan 0,15 persen, dan ringgit Malaysia 0,09 persen.

Nasib sebaliknya dialami rupee India yang menukik 0,26 persen, yen Jepang 0,22 persen dan peso Filipina 0,05 persen.

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,036 poin atau 0,04 persen ke level 93,578.

Baca juga : Jokowi Minta Ibu PKK Terjun Langsung, Istri Mendagri Jadi Komandan

Kemarin sore, rupiah ditutup melemah 30 poin di level Rp 14.630 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.600 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi meramal, rupiah masih akan bergerak fluktuatif pada hari ini. Namun,  ditutup melemah 30-50 poin di kisaran Rp 14.625-Rp 14.680 per dolar AS.

Pelemahan rupiah antara lain dipengaruhi sentimen domestik, seperti transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diperpanjang dua minggu ke depan.

Menurutnya, ini akan berakibat fatal terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) kuartal ketiga yang mengalami penurunan. Bukan tak mungkin, bisa saja terjadi kontraksi.

Baca juga : Diperpanjang 10 Kali Pun, PSBB Transisi Nggak Ngefek

"Ini memungkinkan Indonesia bisa masuk dalam fase resesi, apabila dua kuartal berturut-turut terjadi kontraksi. Untuk menghindari resesi tersebut, dalam dua pekan ke depan, Gubernur DKI Jakarta harus dapat memanfaatkan  masa PSBB transisi,  menjadi masa PSBB new normal," kata Ibrahim.

Hal tersebut diharapkan mampu membuat perekonomian kembali normal dan bisa menggenjot laju pertumbuhan di sisa bulan di kuartal ketiga.

Dari pasar global, pasar mengkhawatirkan prospek ekonomi AS yang melambat akibat pandemi Covid yang tak kunjung reda. Sehingga, AS mengalami kontraksi di kuartal kedua, yang berujung pada pintu resesi.

Defisit fiskal AS yang meningkat untuk membiayai stimulus, juga mendorong Fitch Ratings merevisi prospek peringkat triple-A Amerika Serikat menjadi negatif, dari semula di posisi stabil.

Baca juga : Pengamat : Politik Dinasti Masih Menjamur Di Pemilu

"Pasar juga mengawasi ketegangan yang meningkat antara Washington dan Beijing di banyak bidang, termasuk perdagangan, teknologi, dan geopolitik," pungkas Ibrahim. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.