Dark/Light Mode

Warisan Budaya, Ketum Kowani Ajak Masyarakat Cintai Batik

Sabtu, 3 Oktober 2020 12:09 WIB
Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto Wiyogo. (Foto: ist)
Ketua Umum Kowani, Giwo Rubianto Wiyogo. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Giwo Rubianto Wiyogo mengajak, masyarakat untuk mencintai batik. Apalagi batik merupakan warisan budaya Indonesia.

Hal tersebut dikatakan Giwo dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh setiap 2 Oktober. Unesco menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi

"Di masa pandemi Covid-19 ini, hendaknya seluruh rakyat Indonesia semakin menunjukkan kecintaan terhadap Batik Indonesia," kata Giwo di Jakarta, Sabtu (3/10).

Baca juga : Puan Bangga Pakai Batik

Caranya, dengan menggunakan pakaian batik dalam berbagai kesempatan. Apalagi, model dan ragam batik kian bervariasi. Bukan saja pada tren model untuk acara khusus, tapi saat ini bisa disesuaikan pada setiap kegiatan.

“Saat ini tren batik di masing-masing daerah sudah mulai menggeliat. Bisnis batik semakin diperhitungkan, terlebih sudah ada yang menjadikan batik untuk seragam, bukan saja di instansi tapi juga di sekolah," ujarnya.

Giwo mengakui di masa pandemi Covid-19 ini, pengusaha batik pastilah kena imbas dari sektor omset maupun produksi. Tetapi, sebaiknya bisa lebih konsentrasi untuk meningkatkan desain maupun model yang sesuai perkembangan zaman.

Baca juga : Dokter Reisa... Terima Kasih Selalu Ajak Rakyat Hidup Sehat

“Saat ini kan banyak yang kerja di rumah, jadi bisa dimanfaatkan untuk menciptakan disain dan motif-motif terbaru yang sifatnya kedaerahan,” katanya.

Terkait motif, Giwo mengajak seniman bisa melahirkan yang terbaru atau tetap menggunakan motif terdahulu. Misalkan, batik dari Cirebon dengan motif mega mendung dan burung hong.

“Nah, burung hong ini kan asalnya ada di Cirebon pada zaman dulu, dan dianggap sebagai lambang kelembutan, sehingga keberadaanya dalam disains batik juga menjadi lambang kelembutan. Ada juga motif batik dari Kalimantan dengan daun jeruju dan kembang tampuk manggis dengan masing-masing makna,” ujarnya.

Baca juga : Di Mana Ada Gatot, Di Situ Ada Bentrok

Dia menjelaskan batik di Indonesia kini sudah disesuaikan dengan khazanah yang ada di daerah tersebut lengkap dengan makna yang terkandung di dalamnya. Giwo mengakui selama pandemi Covid-19 ini, pemasaran produksi mengalami kemacetan atau beda dari tahun sebelumnya. Namun, kini sudah banyak memanfaatkan media sosial yang diharapkan lebih mengenalkan batik lebih mendunia sekaligus memasarkanya. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.