Dark/Light Mode

BUMN Kerahkan Jaringan Atasi Kelangkaan Pangan

Selasa, 23 Februari 2021 05:35 WIB
Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi. (Foto : Dok. RNI)
Direktur Utama RNI Arief Prasetyo Adi. (Foto : Dok. RNI)

 Sebelumnya 
“Kami juga sudah menanda­tangani kerja sama terkait daging dengan Mexico,” ungkapnya.

Dia menggarisbawahi, kerja sama dengan importir tetap diperlukan jika komoditas itu memang tidak ada atau tidak bisa memenuhi kebutuhan di Indonesia. “Misalnya kedelai, confirm impor. Hari ini private yang diberikan kesempatan,” tambahnya.

Menurut Arief, untuk men­capai tujuan harus dihilangkan ego sektoral. Karena itu, BUMN Klaster Pangan telah menjalin kerja sama dengan Kementan dan Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Baca juga : Jangan Saling Membungkam

Menyoal ini, Chief Economics Danareksa Research Institute, Moekti Prasetiani Soejachmoen mengingatkan, harga pangan nasional naik selama pandemi Covid-19. Dan itu, bukan hanya terjadi di Indonesia, namun men­jadi tren global.

“Kalau kita lihat, sejak pandemi harga pangan global alami peningkatan, begitupun Indone­sia. Walaupun tidak setinggi kri­sis pangan 2007, meningkatnya cukup tinggi banding sebelumnya,” tutur Moekti kepada Rakyat Merdeka, Senin (22/2).

Mengutip laporan World Bank, Moekti bilang, prospek harga pangan komoditas agri­kultur dari 2021-2030 masih akan mengalami peningkatan. Baik itu untuk kategori bever­ages maupun food. Komoditas pangan yang mengalami pening­katan harga paling tinggi yakni minyak nabati.

Baca juga : Bamsoet: Kepemilikan Senjata Api Untuk Bela Diri Tak Sembarangan

Hal itu disebabkan penggu­naan minyak nabati tidak hanya untuk makanan. Ini menyebab­kan permintaan meningkat aki­bat terjadinya kenaikan populasi. Otomatis, kondisi ini mengerek harga suatu komoditas.

Selain itu, lanjut Moekti, peningkatan harga selama pandemi ini pula terjadi karena adanya faktor cuaca buruk dan ham­batan distribusi. “Awal pandemi Indonesia mengalami kesulitan distribusi pangan dari sentra produksi sampai konsumen. Lalu sekarang ada cuaca

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas San­tosa berpendapat, dari sisi ketersediaan stok pangan, khusus­nya di musim hujan, seharusnya tidak ada masalah. Apalagi, Perum Bulog awal tahun ini memastikan stok bahan pangan, khususnya beras, tersedia cukup aman hingga beberapa bulan ke depan.

Baca juga : Orang Kaya Tepuk Tangan

Namun yang mesti diperhatikan, kata Andreas, terjadi peningkatan biaya produksi oleh petani pada musim hujan seperti ini.

“Sementara, tidak ada ke­naikan Harga Pokok Produksi (HPP) yang ditetapkan untuk produk pangan strategis, khususnya beras,” tutup Andreas kepada Rakyat Merdeka, kemarin. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.