Dark/Light Mode

Sri Mulyani Ditawari Pinjaman Online Rp 1 Juta

Ini Bukan Ngeledek, Juga Bukan Hoaks

Rabu, 24 Maret 2021 07:58 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Instagram/smindrawati)
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Instagram/smindrawati)

 Sebelumnya 
Dengan kondisi ini, Sri Mulyani pede perekonomian kuartal I-2021 bakal berada di rentang minus 1 sampai minus 0,1 persen secara tahunan (yoy). Meski masih mengalami kontraksi secara tahunan, proyeksi ekonomi tersebut mengindikasikan pemulihan dari kuartal IV-2020 yang minus 2,19 persen yoy.

Tanda-tanda perbaikan itu, kata Sri Mulyani, terlihat dari sisi konsumsi. Telah terjadi peningkatan mobilitas masyarakat. Hanya saja, akselerasi ekonomi baru bisa terjadi pada Maret. Sebab, pada Januari-Februari, pembatasan sosial makin diperketat. Barulah pada Maret diperlonggar seiring dengan dinamika pengendalian pandemi virus Corona.

Sri Mulyani optimistis, ekonomi Indonesia punya ruang untuk bangkit pada kuartal II-2021. Salah satunya dengan program vaksinasi yang semakin masif sehingga membuat mobilitas masyarakat meningkat. "Kita berharap tren bisa meningkat lagi dan (ekonomi) bisa terakselerasi pada kuartal II mendatang," imbuhnya.

Baca juga : Merasa Tidak Dilindungi, Korban Pinjaman Online Ajukan Gugatan Warga Negara

Apakah betul ekonomi akan bangkit? Ekonom Indef, Bhima Yudhistira melihat, masih berat. Dia memprediksi, di kuartal I-2021, ekonomi masih negatif di kisaran minus 1-2 persen. Alasannya, pandemi belum berakhir. Ada tekanan dari sisi permintaan yang rendah, lantaran industri belum bergerak secara normal. 

Proyeksi Bhima, ekonomi baru tumbuh positif pada kuartal II atau III tahun ini. "Sementara untuk tumbuh positif 5 persen baru terjadi pada akhir 2022 atau 2023. Di kuartal II, kita masih mencermati dampak Ramadan dan Lebaran terhadap konsumsi rumah tangga maupun belanja pemerintah," ulasnya.

Direktur Riset Core Indonesia, Piter Abdullah juga beranggapan ekonomi bangkit masih berat. Alasannya, Pertama, masih ada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kedua, perbandingan yang digunakan, yakni kuartal I-2020 masih cukup tinggi. Alhasil, kuartal I tahun ini masih akan minus di kisaran 1 persen.

Baca juga : Taiwan Minta Perusahaan Kibarkan Bendera Negara

Beda halnya dengan kuartal II-2021, mengingat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 terkontraksi sangat dalam. Sehingga, ada sedikit saja pertumbuhan, hasilnya akan jadi positif. "Meskipun masih ada PPKM, saya perkirakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II akan positif di kisaran 0,5-1,5 persen," terangnya.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede juga memperkirakan ekonomi kuartal I berada di rentang minus 2 sampai minus 1 persen. Penyebabnya, daya beli masyarakat masih rendah. Hal itu tercermin dari inflasi inti yang masih melambat di Februari, atau hanya 1,53 persen yoy.

Anggota Komisi XI DPR, Hendrawan Supratikno juga memprediksi, kuartal I masih negatif. Namun, secara keseluruhan, dia memprediksi, ekonomi 2021 berada di rentang 3-4 persen. "Jadi, sudah mulai membaik, tapi belum bisa lari kencang," ucap politisi PDIP ini.

Baca juga : Max Sopacua Bantah Ada Imbalan Rp 100 Juta Untuk Kudeta AHY

Menurutnya, secara umum, kebijakan yang diambil pemerintah sudah baik. Hanya saja, eksekusinya masih terkendala birokrasi yang ruwet dan ketidakakuratan data. Untuk mengakselerasi pertumbuhan, ia meminta pemerintah menggenjot sektor pertanian. Dia melihat, sekarang saat yang tepat menumbuhkan industri substitusi impor dan mempercepat hilirisasi. [MEN]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.